Rabu, 10 Juli 2013

Masa Kanak-kanak Yesus

Dua Pasal pertama Injil Matius dan Lukas sepakat bahwa Yesus dikandung oleh Maria tanpa campur tangan Yusuf dan bahwa ia adalah keturunan Daud. Meskipun Demikian, terdapat perbedaan-perbedaan penting diantara keduanya. Matius menggambarkan kunjungan orang-orang majus, perjalanan ke Mesir dan tinggal di sana untuk sementara waktu, pembunuhan bayi besar-besaran oleh Herodes Agung--semua diceritakan dari sudut pandang Yusuf. Sedangkan Lukas memuat cerita kelahiran Yohanes pembaptis, kunjungan malaikat kepada Maria, kunjungan para gembala, penyunatan Yesus, penyerahan Bait Allah dan akhirnya catatan tentang percakapan Yesus di Bait Allah pada usia 12 tahun.

Ada beberapa keberatan untuk menganggap cerita-cerita ini sebagai sejarah secara harafiah. Hal tersebut sulit di cocokkan dengan skema waktu yang memuaskan, baik pelarian diri ke Mesir (Matius) maupun kembalinya ke rumah di Nazareth (Lukas). Dalam Kisah tersebut terdapat gambaran yang mustahil mengenai bintang penunjuk jalan dalam perjalanan ke Mesir (Matius) dan ketidakpastian tentang sensus umum dibawah pemerintahan Agustus (Lukas). Sebagai anak seorang tukang kayu sepertinya tidak mungkin Yesus berdebat di Bait Allah pada usia 12 tahun. tidak ada penulisan PB yang lain mengatakan pengetahuannya tentang kehamilan seorang gadis. Menghadapi berbagai kesulitan tentang historisitas ini (perlu di catat bahwa tidak ada tulisan-tulisan sekuler membenarkan kejahatan Herodes membunuh bayi secara besar-besaran). Banyak Sarjana lebih suka memandang cerita-cerita itu sebagai improvisasi Matius dengan dasar naskah-nsakah Perjanjian Lama, sesuai dengan prinsip-prinsip rabinik tentang interpretasi Kitab Suci.  Penting artinya bahwa dalam Matius kehendak Allah dinyatakan melalui mimpi seperti yang terjadi pada Yusuf, leluhur PL dan seperti leluhur itu pergi ke Mesir, demikian halnya Yusuf dalam PB. Beberapa sarjana mengakui bahwa sebagai sejarah, cerita itu amat rentan, namun juga di anut bahwa ada inti fakta yang mendorong kedua penginjil memberitakan iaman Kristen mereka tentang Yesus sebagai anak Daud dan Anak Allah.  Hal itu mereka lakukan dengan menunjuk kepada Yesus adalah penggenapan nubuat PL. Hidup, kematian dan kebangkitanNya telah diramalkan dan bukan terjadi secara kebetulan. Cerita-cerita itu juga menjawab keberatan bahwa Yesus adalah orang Galilea dan karena itu bukanlah Mesias dan bahwa keadaan pada saat kelahiranNya merupakan hal yang tidak lazim.

Tulisan-tulisan Kristen kemudian hari mengandung banyak sekali fantasi yang merupakan penjabaran dari apa mereka temukan dalam Matius dan Lukas. Banyak diantaranya menjadi dasar kesalehan populer dan menunjukkan anak-anak: kelahiranNya di kandang, duda Yusuf tua dengan anak-anak hasil perkawinan sebelumnya, tiga orang raja dan nama-namanya dan kepercayaan (secara meluas diterima oleh para teolog katolik) bahwa kelahiran secara ajaib itu bukan saja terjadi karena dikandung oleh Roh Kudus melainkan juga sembilan bulan kemudian dilahirkan tanpa melalui atau merusakkan organ-organ fisik Maria.

Teolog-teolog modern mempertahankan bahwa pengandungan oleh seorang dara Merupakan fakta sesungguhnya , percaya bahwa hal itu sesuai dengan tindakan Allah dalam memberi permulaan baru kepada manusia. Kelahiran Yesus yang ajaibmerupakan pemutusan yang menentukan dengan tatanan yang lama. Teolog-teolog yang lain menyatakan bahwa tanpa andil laki-laki akan merupakan kekurangan pada kemanusiaan Yesus. Karena it, mereka cenderung menempatkan cerita-cerita tersebut dalam aliran midrasmungkin terilhami oleh terjemahan LXX atas Yesaya 7:14 yang didalamnya kata Ibr ha’almah  (perempuan muda) diterjemahkan dengan parthenos  (anak dara, gadis). Yesaya prihatin terhadap kesulitan-kesulitan abad ke-8 sM, bukan pada momen zaman Mesianik di masa depan. Nabi itu menyerukan bahwa dalam waktu Sembilan bulan yaitu pada saat kelahiran Mesias, musuh-mush raja tidak lagi menjadi ancaman dan akan segera terjadi perdamaian (Yes 7:15-16)





Sumber:
W.R.F. Browning, Kamus Alkitab (A Dictionary of The Bible) Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar