Senin, 30 Juni 2014

NABI NUH


Nuh adalah anak laki-laki Lamekh, yang dilahirkan pada saat Lamekh berumur 182 tahun. Ia dilahirkan  1.056 tahun setelah Adam. Menurut cerita Legenda air bah, hanya Nuh dan keluarganya dari seluruh umat manusia yang hidup saat itu yang selamat dari banjir bersar yang melanda bumi (Kej 6-9). Demikian menurut pilihan Allah karena kebaikan perilaku hidup Nuh (Kalaupun tidak seterusnya dipertahankan, Kej 9:21). Di dalam bahtera dimana keluarga Nuh  berkumpul, ada juga pasangan-pasangan (menurut sumber *P)[1] dari berbagai jenis makhluk hidup[2]. Dari 10 Generasi setelah Adam, Nuh adalah orang ketiga yang memiliki umur terpanjang mencapai 950 tahun. Namanya juga tercatat dalam silsilah Yesus di Lukas 3:36.
Nama Nuh berasal dari bahasa Ibr “Noah”, yang berarti “hinggap”, menetramkan, “berhenti”, atau “istrahat” (2 Raj 2:15; Rat 5:5; Ul 5:14),. Arti nama Nuh berdasarkan asal kata tersebut adalah “sabat”, ‘istrahat’ dan ‘penghiburan’. Alkitab hanya mencatat bahwa Nuh memiliki 3 orang anak yaitu Sem, Ham dan Yafet. Yang dilahirkan setelah Nuh berumur 500 tahun sebelum air bah terjadi. Ketika Sem berusia 100 tahun, 2 tahun setelah air bah ia dikaruniakan Arpakhsad. Oleh karena itu Sem hanya berusia 98 Tahun ketika banjir datang. Ham dikatak sebagai yang termuda.
            Nuh di gambarkan sebagai orang yang benar[3] diantara orang-orang lain yang hidup di jamannya. Kej 6:8 mencatat “tetapi Nuh mendapat Kasih karunia di mata Tuhan”. Dalam Kej 6:22 mungkin juga hanya menyebut perjanjian yang di buat Allah dengan Nuh, sesudah air bah dan dimeteraikannya dengan menganugerahkan arti baru atas pelangi (Kej 9:9-17 bnd Yes 54:9)[4]. Pada saat itu manusia hidup bergelimang dosa sehingga Allah memutuskan untuk menjatuhkan hukuman dengan bersabda “Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi”. Akan tetapi Allah tidak menghancurkan segala-galanya. Dia memerintahkan Nuh untuk membangun sebuah bahtera besar untuk menyelamatkan sebagian makhluk ciptaan-Nya.
            Setelah bahtera itu selesai, kitab Kejadian menggambarkan bahwa air bah merendam bumi selama 150 hari lamanya dan setelah itu air bah mulai surut. Nuh menunggu hingga bumi benar kering sebelum membuka pintu bahtera. Nuh kemudian keluar bersama denga keluarga dan bersama semua binatang yang ada didalam bahtera tersebut.  Nama istri Nuh tidak disebut di dalam Alkitab, menurut kitab Yobel[5] Namanya adalah Emzara. Tradisi Yahudi menulis nama Istri Nuh adalah Naama (atau Naamah), Putri Lamekh dan saudara perempuan Tubal-Kain. Demikian pula komentator Alkitab Ibrani, Rashi yang hidup pada abad ke-11 M, dalam komentarinya mengenai Sefer Bereishis 4:22. Sebuah Midrasih[6] dari abad pertengahan, yang dikenal sebagai kitaYasar ( Book of Jasher 5:15), juga menuliskan nama istri Nuh adalah Nuh adalah Naamah, putri Henokh.
            Setelah Nuh di selamatkan, Allah mengadakan perjanjian[7] dengan Nuh dan memberkatinya. Inilah perjanjian yang pertama dikenal dan bersifat universal karena meliputi seluruh umat manusia. Di kemudian hari, Allah mengadakan perjanjian pula dengan Abraham, tetapi perjanjian itu dianggap bersifat lebih khusus.




[1] Priestly Source, yang oleh mayoritas ahli PL dipandang sebagai salah satu dari keempat sumber bahan utama dari “pentateukh”. Bahan P dikenali karena perhatian utamanya untuk hal-hal ritul dan  selalu mengutamakan Harun.  P mempunyai doktrin tentang kejadian yang menampilkan Allah yang berkuasa atas semua bangsa di dunia, dimana Abraham dan keturunannya mempunyai suatu peran yang istimewa.
[2][2]W.R.F  Browning, Kamus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia 2008.
[3] Tsadiq, yang memiliki kebenaran itu yang bersumber dari iman (Ibr 11:7 he kata pistin dikaiosyne, harfiah’ kebenaran sesuai dengan Iman) dan mempunyai persekutuan dengan Allah seperti dinyatakan oleh uraian “dia hidup bergaul dengan Allah” (Kej 6:9)
[4][4][4] Ensiklopedia Masa Kini, Jili 2, (Yayasan Komunikasi Bina Kasih)
[5]Di dalam kanon Gereja Ortodoks Ethiopia.
[6] Midrasih, adalah sebuah cara menafsirkan Alkitab  di luar pengajaran, hukum atau moral yang sederhana. Digunakan untuk mengisi sejumlah kekosongan dalam cerita Alkitab mengenai suatu peristiwa atau penjelasan mengenai pribadi yang hanya disinggung sedikit.
[7]Kej 6:18 Dapat ditafsirkan bahwa keselamatan untuk Nuh tergantung pada kesediaannya membangun bahtera dan memasukinya, syarat yang dipenuhinya (Kej 6:22)

Konsistensi Allah


Khotbah Pdt. Bun Min Tat, S.Th
Gembala sidang GBI Glory United Gajah Mada Plaza

            Salah satu penyebab yang paling prinsip yang membuat umat Tuhan tidak bersedia mempercayai Tuhan dengan teguh adalah adanya persepsi yang salah tentang pribadi Allah. Persepsi yang salah tersebut adalah bahwa Tuhan tidak konsisten dengan apa yang telah Ia katakan sebelumnya. Hal ini memang tidak tercetus secara langsung, tetapi dalam sikap dan tindakan sehari-hari terbukti  ketika mereka tidak bersedia berpegang teguh pada apa yang telah Tuhan sampaikan dalam FirmanNya. Ini senada dengan menyepelakn Alkitab, ketika mereka tidak bersedia menerima apa yang telah disampaikan kepada mereka. Khususnya berkenaan dengan segala apa yang telah Tuhan Yesus lataan dan yang telah kerjakan bagi kita.
            Persepsi yang saah tersebut juga terlihat ketika seseorang tidak bersedia menerima sepenuhnya, bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan yang benar sepenuhnya. Maksudnya, mereka masih memiliki keraguan dengan apa yang telah tercatat dalam kitab suci tersebut. Mereka cenderung meilainya sebagai pandangan atau pendapat para penulis Alkitab belaka, maksudnya para murid Tuhan Yesus. Tentu, pandangan atau penilaian yang demikian terhadap Firman Tuhan, Alkitab, adalah pandangan yang salah sepenuhnya. Inilah salah satu perintang terbesar yang menghalangi mereka mengaami realita Firman Tuhan tersebut.
Namun sebaliknya apabila kita sepenuhnya percaya dan menerima apa yang Firman Tuhan katakan dalam Alkitab, kita dipastkan mengakui, bahwa Tuhan benar sepenuhnya, demikian juga dengan segala yang telah dikatakanNya dalam Alkitab. Dan sebagai dampaknya, kita pasti mengalami realita yang telah Tuhan sampaikan dalam Firman-Nya tersebut. Inilah yang dikatakan oleh Rasul Paulus dalam 1 Tesalonika 2:13, “Dan karena ituah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perataan manusia, tetapi—dan memang sungguh-sungguh demikian—sebagai firman Allah, yang bekerja juga didalam kamu yang percaya”.
            Percaya dan menerima sepenuhnya apa yang Firman Tuhan katakan itu tidaklah berarti, bahwa kita tidak boleh menyelidiki Alkitab itu dengan rasio atau dengan pikiran kita. Kita memang harus menggunakan rasio kita dengan maksimal untuk membaca dan menyelidiki Alkitab kita masing-masing. Namun hal yang paling prinsip yang harus kita ketahui adalah, bahwa kita harus terlebih dahulu bersedia menerima segala hal yang telah Tuhan Yesus perbuat dan yang telah diselesaikanNya bagi kita lewat kematian dan kebangkitan-Nya, tanpa keraguan sedikitpun. Inilah yang saya maksudkan, dengan percaya dan menerimaNya sepenuhnya apa yang Firman Tuhan katakan tersebut. Karena “Kabar Baik” yang disampaikan kepada setiap orang, yaitu Injil Kristus, adalah keputusa final dari Kerajaan Allah yang mutlak mengikat setiap manusia yang ada.
            Ketika seseorang bersedia menerima hal tersebut dan malah mempertanyakan dan memperdebatkannya, maka sesungguhnya ia bukanlah orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus. Camkan hal ini baik-baik ! Kalau ia masih tetap mengakui bahwa ia adalah orang yang percaya kepada Tuhan, maka ia hanyalah orang yang beragama saja, yang pada hakekatnya memungkiri kekuatan ibadahnya (2 Tim 3:5).
            Allah yang kita kenal dan yang kita sembah dan yang kita layani dalam Tuhan Yesus Kristus adalah Allah yang paling konsisten dengan segala yang Ia katakan dan perbuat. Hal ini terlihat dengan jelas dari masa PL sampai kepada kita di masa  PB. Bahkan terlebih lagi, Ia melakukan yang melampaui apa yang dapat kita pikirkan, yaitu membawa kita yang sepenuhnya percaya dan menerima-Nya kepada kesempurnaan dalam Kristus (Kol 1:28-29). Ia menjanjikan keselamatan di masa lampau, Ia menggenapi dan menyempurnakannya di masa PB. Ia menjanjikan tanah Kanaan duniawi kepada Israel jasmani, ia memberikan tanah Kanaan Sorgawi kepada Israel Rohani. Adam pertama membawa kematian, Adam terakhir yaitu Kristus membawa kehidupan. Dalam Adam, kita telah kemuliaan Allah, dalam Kristus kita memperoleh kemuliaan Allah. Karena kejatuhan Adam, dosa menguasai manusia, karena kebangkitan Kristus kita hidup dan memerintah. Melalui Adam kita lahir ke dunia ini, melalui Kristus kita dilahirkan dari “Dunia Atas”, Sorga. Oleh Adam, kita menjadi penghuni di bumi ini, oleh Kristus kita adalah warga Kerajaan Sorga. Jadi, konsistensi-Nya melampaui segala hal yang dapat dibayangkan dan pikirkan.



Senin, 16 Juni 2014

HIdup Dalam Kebenaran Firman

Hidup Dalam Kebenaran Firman
Oleh: Kirenius Wadu

Pendahuluan
            Berbicara mengenai kebenaran Firman Tuhan, semua orang Kirsten akan mengatakan bahwa Firman Tuhan itu benar adanya. Firman itu hidup dan Firman itu penuh kuasa, entah kuasa dalam menyembuhkan, memberi kekuatan, kuasa untuk mengenal Allah melalui CiptaanNya dengan membaca sejarah Alkitab dari Kitab Kejadian, berkuasa untuk menuntun setiap orang yang percaya untuk tetap beriman kepada Allah.
            Namun terkadang ada begitu banyak orang-orang Kristen yang sangat sedikit memahami kebenaran Firman Tuhan, yang hanya membacanya sambil lalu dan melewatinya begitu saja, membaca hanya untuk mengetahui fakta sejarah saja, yang kemudian membuat mereka tidak ada bedanya dengan orang-orang Farisi yang tahu kebenaran namun tidak melakukannya. Tidak banyak yang dapat memaknai Firman Tuhan itu sebagai suatu kebenaran yang hidup, penuh kuasa yang sanggup membuat mereka dapat hidup benar karena mereka memelihara Firman itu dan begitu juga Firman itu dapat memelihara mereka.
ISI Firman
            Itulah sebabnya begitu banyak orang kuatir akan hidupnya, merasa Tuhan tidak ada, ketika menghadapi masalah seolah-olah mereka ditinggalkan Tuhan. Orang-orang yang seperti ini bisa dikategorikan dalam bentuk bayi Rohani. Jika ia sudah memulai pelayanan bertahun-tahun namun tidak ada perkembangan mengenai kedewasaan Rohani, kemungkinan ia belum dapat menyerap Firman itu dalam dirinya, bahkan ia belum menghidupkan Firman itu sendiri. Padahal Yesus sendiri mengatakan bahwa jangan kuatir akan apa yang kamu makan, atau yang kamu makan dan apa yang kamu minum, sedangkan burung diudara yang tidak bekerja saja Tuhan tetap pelihara, namun mengapa manusia perlu kuatir? Bukankah kita manusia yang melebihi burung-burung diudara? Kalimat “jangan” dalam perkataan Yesus tadi merupakan kalimat perintah langsung kepada kita. Bila perlu tidak ada kekuatiran dalam hidup kita, asalkan kita memiliki keteguhan dalam memelihara kebenaran Firman Tuhan.


Mari  kita kembali dan melihat topik yang terdapat diatas yang menjadi pembahasan kita: hidup dalam kebenaran Firman. Apa yang membuat kita bisa tetap hidup dalam kebenaran Firman Tuhan? Dan mengapa kita harus hidup dalam kebenaran Firman Tuhan? Atau bagaimana caranya agar kita hidup dalam kebenaran Firman itu?
1.      Percaya akan Firman itu ( Yoh 1-5) : terlebih dahulu kita harus memaknai maksud dari kebenaran-kebenaran yang ditulis disini. Percaya artinya tidak hanya sekedar ucapan dimulut saja, namun kita harus menerima dan memelihara Firman itu menjadi suatu kebenaran yang dapat menghidupkan kita, kemudian memakan firman itu agar kita dikendalikan oleh Firman Tuhan. Firman Tuhan itu akan dapat mengendalikan setiap kehidupan orang-orang yang memelihara Firman Tuhan. Pemazmur mengatakan bahwa “Diberkatilah setiap orang yang merenungkan Firman itu siang dan malam. Jadi Firman itu tidak sekedar kita mempercayai begitu saja, tetapi mengimani dengan penuh keyakinan teguh kepada Allah. Sebab Firman itu Adalah Yesus sendiri (Yoh 1: 14) bahkan diam diantara kita.
2.      Hidup dalam Firman itu sendiri (1 Yoh 1:7): akibat dari hidup dalam Firman itu ialah kita mendapat persekutuan seorang akan yang lain, dan bahkan menyucikan kita dari segala dosa melalui darah Yesus Kristus sendiri. Firman itu adalah terang, yang dapat memampukan kita menjadi anak2 terang (Mat 5:13-16) sama seperti Yesus adalah Terang itu sendiri. Dengan begitu semua orang akan melihat bahwa ooooh benar bahwa orang ini adalah hidupnya benar. Menjadi berkat bagi banyak orang, dan melalui kita, terang yang ada dalam hidup kita, orang dapat melihat Yesus Kristus itu sendiri yang merupakan sumber terang sejati bagi kehidupan manusia.
3.      Tidak lagi mengasihi Dunia (1 Yoh 2 15) : mengapa demikian ? mengapa tidak boleh mengasihi dunia? Jika kita memahami dengan benar bahwa hidup kita ini merupakan hidup yang sudah ditebus dengan darahNya yang mahal, tentunya kita sebagai orang percaya tidak lagi dapat hidup hanya untuk mengasihi dunia dan segala yang ada di dalamnya. Mengapa? Karena kita ini anak-anak Allah, kita lahir dari Allah. Dan sebagai gelar kita sebagai anak-anak Allah kita wajib hidup sama seperti Kristus hidup (1  Yoh 2 : 6). Rasul Paulus juga menekan bagaimana kehidupan orang setelah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidupnya. Bagaimana ia menasehati jemaat yang ada diroma untuk tidak lagi hidup dalam dosa mereka bahkan jangan membiarkan dosa itu menguasai mereka (Rom 5:12) karena kita telah mati bagi dosa. Jika kita masih berkompromi dengan keinginan daging kita maka hukuman kekal yang akan kita dapat ialah “Maut” sebab keinginan daging merupakan perseteruan dengan Allah, bahkan mereka yang hidup dalam daging tidak mungkin berkenan kepaada Allah (Rom 8:8).
Kesimpulan:
Oleh sebab itu kita harus menyadari penuh hidup kita di hadapan Allah. Jangan lagi kita memperhambakan diri kepada dosa-dosa kita, sehingga dosa itu akan terus mengikat kita dan membuat kita susah untuk berubah dan hidup dalam kebenaran Firman itu sendiri.  Tetapi kita mamu membiarkan Firman itu hidup dalam hati, pikiran bahkan seluruh hidup ini. Kita harus memiliki paradigma anak-anak terang yang telah ditebus, berani mengatakan saya adalah anak Allah. Saya telah dikuduskan, disucikan menjadi ciptaan yang baru. Rasul Paulus mengatakan bahwa hidupku bukannya aku lagi, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Ini menyatakan bahwa ketika kita sepenuh nya hidup dalam Firman itu, maka Firman itu akan mengendalikan kita, dan mampu membuat kita bertahan untuk dapat hidup didalamnya. Firman itu hidup dan sanggup mengubah totalitas hidup kita.
Aplikasi:
Bagaimana dengan kita saat ini, masihkah kita mau berkompromi dengan dosa kita, beribadah namun kita munafik dihadapan Tuhan, tidak mau hidup benar? Tentunya kita menginginkan hidup kita kelak ada bersama-sama dengan Allah dalam kerajaan Sorga yang kekal itu dimana didalam terdapat sukacita dan damai sejahtera yang bersar dari Allah Bapa kita. Biarkan Firman itu tertanam setiap hari dalam kehidupan kita, agar orang-orang akan melihat hidup kita, dan mereka dapat diberkati dan dapat mengenal bahkan memercayai Yesus Kristus.
      Mari kita tidak sekedar melayani Tuhan dihari-hari yang sudah ditetapkan, tetapi kita diajarkan untuk melayani Dia sepanjang hidup kita, melayani Dia dalam Roh dan Kebenaran, yaitu melayani Dia dengan hidup kita yang benar, yang telah diubahkan, yang telah dimerdekakan dari doda menjadi anak-anak kepunyaan Allah.
Amin…!

Tuhan Yesus Memberkati