Kamis, 24 April 2014

Menjaga Hati

Harus diakui, bahwa sumber dari segala persoalan hidup yang dihadapi oleh manusia itu berasal dari hatinya sendiri. tentu, bukan hanya persoalan itu saja yang bersumber dari hati itu sendiri, tetapi ‘pancaran’ kehidupan itu juga bermula dari hati kita. Itulah sebabnya Amsal 4:23 berkata : ”jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan”. Mengapa ‘hati’ disini lebih penting dari pada kita menjaga segala harta kehidupan didunia ini? karena hati kita adalah pusat  dari segala kegiatan yang kita lakukan yang menyatakan kehidupan seprti apa yang kita miliki. Ini berarti kita tidak boleh membiarkan apa saja boleh masuk kedalam hati kita; kita harus menjaganya dengan segala kesiagaan dan kewaspadaan. Sehingga segala yang masuk kedalam hati kita dapat dipastikan adalah segala sesuatu yang dapat membawa kehidupan kita yang bernilai kekal dan mulia. Apa yang masuk ke dalam hati kita, itulah yang “menggerakkan” kehidupan kita, yang kita jalani sehari-hari. Karena hal inilah, kita harus mengisi hati kita itu dengan segala hal yang dikehendaki Tuhan; dan segala hal yang diehendaki Tuhan itu ialah FIRMAN-NYA.

            Alkitab mengatakan kepada kita bahwa hati kita merupakan pusa dimana kita mengungkapkan “kepercayaan” kita. Itu sebabnya kita “Percaya” dengan hati (Roma 10:9-10). Ini memberitahukan kepada kita bahwa apa yang mengisi hati kita, itu juga yang menjadi dasar atau  isi dari kepercayaan kita. Itu sebabnya mengapa seringkali kita menemukan ada banyak umat Tuhan yang mengalami kesulitan untuk percaya kepada Tuhan ketika ia sedang mengalami persoalan dalam hidupnya. Mereka mengisi hatinya dengan segala hal yang diinginkannya, kecuali satu hal itu, yaitu Firman Tuhan. ini terlihat ada banyak yang ke pertemuan ibadah atau ke gereja hanya asal memenuhi kegiatan keagamaan mereka, mereka mendengar asal mendengar, mereka ke gereja bukan untuk mengisi hatinya dengan Firman Tuhan. “mengisi hati” kita dengan Firman Tuhan disini tidak hanya membicarakan tentang mendengarkan khotbah-khotbah yang disampaikan kepada kita dengan sepenuh hati, bukan hanya itu. Ini berbicara tentang adakah kita memiliki Firman Tuhan itu dalam hati kita.  Bukan mendengar hanya sekedar untuk tahu, bukan mendengar hanya sekedar untuk mengerti, melainkan mendengar benar-benar untuk memilikinya. Mendengar untuk dijadikan “isi hati” kita.  Firman Tuhan yang kita miliki itu sanggup untuk menjaga hati kita agar tetap berpaut erat kepada Tuhan. Firman Tuhan itu juga sanggup untuk mendatangkan Iman yang hidup dan benar. Bahkan Ia sanggup mengerjakan segala hal  yang diinginkan Tuhan itu sendiri didalam hidup kita.  Kalau kita mendengar atau membaca Firman Tuhan itu saja, belum sampai Firman itu mengendalikan kita. Ketahuilah kita belum memiliki Firman Tuhan tersebut. Kondisi yang demikian ini pasti membuat kita mengalami sulit dan bahkan mustahil untuk bisa percaya kepada Tuhan dengan tidak tergoyahkan. Oleh sebab itu, hati-hati dengan apa yang kamu dengar; jangan sembarangan mendengar! Sebab hanya satu yang harus kita dengarkan dengan sepenuhnya, yaitu Firman Tuhan yang disampaikan kepada kita melalui Alkiab. Amin

Keselamatan


Kata Ibrani יְשׁוּעָה  (Yesyuah) dan kata Yunani σωτηρία (Soteria), berarti tindakan atau hasil dari pembebasan atau pemeliharaan dari bahaya atau penyakit, mencakup keselamatan, kesehatan dan kemakmuran. Pergeseran arti 'keselamatan' dalam Alkitab bergerak dari ihwal fisik ke kelepasan moral dan spiritual. Demikianlah bagian-bagian paling depan Perjanjian Lama (PL) berkembang dari menekankan cara-cara hamba Allah yang secara perseorangan terlepas dari tangan musuh-musuh mereka, ke pembebasan umat-Nya dari belenggu dan bermukimnya di tanah yang makmur; bagian-bagian paling akhir PL memberikan tekanan yg lebih besar pada keadaan-keadaan dan kualitas-kualitas keterberkatan secara moral dan religius, dan memperluasnya sampai melampaui batas-batas kebangsaan. Perjanjian Baru (PB) dengan jelas menunjukkan keterbudakan manusia kepada dosa, bahaya dan kekuatan dosa, dan kelepasan dari dosa yg hanya dapat diperoleh dalam Kristus. Alkitab memberikan pernyataan-pernyataan yg makin lama makin jelas tentang bagaimana Allah menyediakan dasar keselamatan, menawarkannya, dan bagaimana Dia sendiri pada diriNya adalah satu-satunya keselamatan manusia.
I. Dalam Perjanjian Lama (PL)
Keselamatan menurut PL mempunyai unsur-unsur baik yang tertuju kepada manusia maupun yang tertuju kepada Allah. Manusia terancam bahaya penyakit, musibah fisik, penganiayaan oleh lawan dan kematian. Dalam persekutuan umat pilihan Allah, keterbelengguan (ketertawanan) merupakan pengalaman nyata, yang daripadanya kelepasan mutlak diperlukan, dan gagasan-gagasan tentang keselamatan terutama yang bersifat kesukaan dan duniawi. Bahaya yang lebih gawat adalah di mana perseorangan dan masyarakat berdiri di hadirat Allah, yang kehendak-Nya sudah mereka langgar dan yang murka-Nya telah menimpa mereka.
Alat-alat keselamatan, langsung atau tidak langsung, disediakan melalui para Bapak leluhur, hakim, pemberi hukum, imam, raja dan nabi. Hukum, baik bersifat ritual maupun moral, akibat dosa manusia, tidak mampu memberikan keselamatan yang penuh, tapi menunjukkan ciri dan tuntutan Allah dan kondisi kesejahteraan manusia. Juga dalam batas-batas tertentu 'mengerem' kesalahan manusia; tapi penyalahgunaannya sebagai aturan moral melahirkan legalisme dua muka.
Pertama, keterikatan secara lahiriah kepada peraturan-peraturan telah kehilangan kenyataan spiritual yang terdalam. Kedua, pencapaian manusia dibeberkan di hadapan Allah dalam tuntutan yang bersifat membenarkan diri sendiri, untuk memperoleh keselamatan.
Kekakuan upacara terancam oleh bahaya yang sama, tapi sementara kemuncak penyelenggaraan upacara - Hari Pendamaian - hanya menggenapi pengampunan atas dosa-dosa yang tidak disengaja, maka rinciannya menunjuk ke depan kepada datangnya keselamatan sejati. Penekanan nabi-nabi akan betapa perlunya perubahan batiniah, menggaris-bawahi bobot kesalahan perbuatan manusia. Jugamembimbing kepada ramalan tentang keselamatan mesianis yang apokaliptik, bila Allah, sesuai janji-Nya, akan datang sendiri dalam keselamatan sebagai Allah yg adil dan Juruselamat (Yesaya 44:17; Daniel 7:13 dab). Ajaran PL tentang keselamatan mencapai puncaknya dalam gambar Hamba yg menderita
I. Dalam Perjanjian BARU (PB)
a. Injil Sinoptik
Kata keselamatan diucapkan hanya satu kali oleh Yesus (Lukas 19:9). Ayat itu dapat mengacu kepada diriNya sendiri sebagai kandungan keselamatan yang memberikan pengampunan kepada Zakheus, atau kepada sesuatu yg nyata oleh perubahan tindakan yang dilakukan oleh pemungut cukai itu. Tapi Tuhan Yesus menggunakan kata kerja 'selamat' dan istilah-istilah yg serupa, untuk menyatakan pertama-tama apa yang akan dilakukan-Nya dalam kedatangan-Nya (Markus 3:4 secara implikatif, dan secara langsung Lukas 4: 18; 9:56; Matius 18:11; 20:28), dan kedua, apa yang dituntut dari manusia (Markus 8:35; Lukas 7:50; 8:12; 13:24; Matius 10:22). Lukas 18:26 dan konteks nya, menunjukkan bahwa keselamatan menghimbau hati yg menyesal, sifat seperti kanak-kanak, ketidakberdayaan diri yang pasrah menerima, dan penyangkalan segala sesuatu demi Kristus - kondisi-kondisi yang mustahil dapat dipenuhi manusia tanpa bantuan.
Kesaksian orang-orang lain terhadap karya penyelamatan Tuhan Yesus. baik langsung (Matius 8:17) maupun tidak langsung (Markus 15:31). Ada Juga kesaksian dari nama-Nya sendiri (Matius 1:21, 23). Semua penggunaan kata 'selamat' yang berbeda-beda ini. menvatakan bahwa keselamatan sudah hadir dalam pribadi dan pelayanan Kristus, terutama dalam kematian-Nya.
b. Injil Keempat
Kebenaran ganda itu digarisbawahi dalam Injil keempat di mana setiap pasal menyatakan segi-segi yang berbeda dari keselamatan. Demikianlah dalam Yohanes 1:12 dab orang dilahirkan sebagai anak-anak Allah karcna mempercayai Kristus; dalam Yohanes 2:5 keadaan diobati dcngan mengerjakan 'apa yg dikatakan kepadamu'; dalam Yohanes 3:5 kelahiran kembali oleh Roh mutlak penting guna memasuki Kerajaan. tapi Yohanes 3:14, 17 menjelaskan bahwa hidup baru itu tidak mungkin lepas dari kepercayaan akan kematian Kristus. karena tanpa kematian Kristus maka manusia berada di bawah penghukuman (Yohanes 3:18); dalam Yohanes 4:22 keselamatan itu datang melalui bangsa Yahudi - melalui wahyu yg disalurkan dalam sejarah lewat umat Allah - dan merupakan anugerah yang mendampakkan perubahan batiniah dan memperlengkapi manusia bagi ibadah.
Dalam Yohanes 5:14 seseorang yg sudah dipulihkan harus tidak berbuat dosa lagi, agar sesuatu yang lebih buruk tidak terjadi dalam Yohanes 5:39 Alkitab bersaksi tentang kehidupan (keselamatan) di dalam Anak, kepada Siapa hidup dan pengadilan diserahkan; dalam Yohanes 5:24 orang percaya sudah melewati maut menuju ke kehidupan; dalam Yohanes 6:35 Yesus menyatakan diri-Nya sendiri adalah roti kehidupan, kepada-Nya saja orang harus datang (Yohanes 6:68) untuk perkataan yang menghidupkan kepada kehidupan yg kekal, dalam Yohanes 7:39 air melambangkan kehidupan Roh yang menyelamatkan, yang akan datang sesudah Yesus dipermuliakan.
Dalam Yohanes 8:12 penginjil menunjukkan kesejahteraan karena bimbingan terang, dan dalam ayat 32, 36 kebebasan oleh kebenaran di dalam Anak; dalam Yohanes 9:25,37,39 keselamatan merupakan penglihatan spiritual; dalam Yohanes 10:10 jalan masuk bagi manusia ke kehidupan yg selamat dan berkelimpahan dan yang dari Bapak adalah melalui Kristus; dalam Yohanes 11:25 dab hidup kebangkitan menjadi milik orang-orang percaya; dalam Yohanes 11:50 (bandingkan Yohanes 18:14) tujuan penyelamatan dari kematian Kristus digambarkan; dalam Yohanes 12:32 Kristus yang ditinggikan dalam kematian menghimbau orang kepada-Nya; dalam Yohanes 13:10 pembasuhan pertama yang dilakukan-Nya mengartikan keselamatan ('bersih seluruhnya'); dalam Yohanes 14:6 Kristus adalah jalan yang benar dan hidup menuju hadirat Bapak; dalam Yohanes 15:5 tinggal di dalam Dia. Pokok Anggur merupakan rahasia dari sumber-sumber kehidupan; dalam Yohanes 16:7-15 demi nama-Nya Roh akan mengatasi kendala-kendala keselamatan dan - mempersiapkan realisasinya; dalam Yohanes 17:2,3,12 Kristus menjagai mereka yang mempunyai pengetahuan tentang Allah yang benar dan tentang diriNya; dalam Yohanes 19:30 keselamatan digenapi; dalam Yohanes 20:21-23 kata-kata damai dan pengampunan menyertai pemherian Roh; dalam Yohanes 21:15-18 kasih-Nya yang menyembuhkan memancarkan kasih dalam pengikut-Nya dan memulihkan sang pengikut untuk pelayanan.
c. Kisah Para Rasul
Kitab Kisah Para rasul melacak pemberitaan (bandingkan Kisah 16:17) keselamatan dalam dampaknya. pertama atas orang banyak yg dihimbau dengan kata-kata 'berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini' (Kisah 2:40) melalui pertobatan (yang adalah merupakan anugerah dan bg dari keselamatan, Kisah 11:18), pengampunan dosa, dan penerimaan Roh Kudus; kemudian atas orang sakit. yang tidak tahu kebutuhannya yang sesungguhnya, yang disembuhkan dengan Nama Yesus, satu-satunya Nama dengan mana kita harus diselamatkan; dan ketiga, atas isi rumah penanya, 'Apakah yang harus saya lakukan supaya selamat'!' (Kisah 16:30 dab).
d. Surat-surat Paulus
Paulus menyatakan bahwa Kitab Suci dapat memberi manusia 'hikmat dan menuntun ke keselamatan oleh iman kepada Yesus Kristus' (2 Timotius 3:15 dab). dan menyediakan sarana-sarana yang penting untuk menikmati keselamatan yang penuh. Dengan memperluas dan menerapkan konsep PL tentang keadilan Tuhan yang menjadi bayang-bayang bagi keadilan yang menyelamatkan dalam PB, Paulus menunjukkan betapa tidak ada keselamatan oleh hukum. Sebab hukum hanya dapat menunjukkan kehadiran dan memancing aktivitas dosa. dan membungkamkan manusia dalam kesalahannya di hadapan Allah (Roma 3:19; Galatia 2:16).

Keselamatan disediakan sebagai anugerah dari Allah yang adil, yang berbuat dalam rahmat kepada pedosa yg tidak layak. Pedosa yang oleh anugerah iman, percaya kepada keadilan Kristus yang sudah menebus dia dengan kematian-Nya dan membenarkan dia oleh kebangkitan-Nya. Allah, demi Kristus, membenarkan pedosa yg tak layak itu (yaitu memperhitungkan baginya keadilan Kristus yang sempurna), mengampuni dosa-dosanya, mendamaikan dia dengan diri-Nya sendiri di dalam dan melalui Kristus yang sudah 'membuat perdamaian melalui darah salib-Nya' (2 Korintus 5:18; Roma 5:11; Kolose 1:20), mengangkatnya menjadi keluarga-Nya (Galatia 4:5 dab; Efesus 1:13; 2 Korintus 1:22). memberinya meterai, kesungguhan, dan buah sulung dari RohNya di dalam hatinya, dan dcngan demikian menjadikannya makhluk baru. Oleh Roh yang sama sarana keselamatan berikutnya memampukan dia berjalan dalam kehidupan yang baru, sambil makin mematikan perbuatan-perbuatan daging (Roma 8:13) sampai akhirnya ia dijadikan sama dengan Kristus (Roma 8:29) dan keselamatannya digenapi dalam kemuliaan (Filipi 3:21).
e. Surat Ibrani
Keselamatan 'akbar' Ibrani melampaui bayangan-keselamatan PL. Keselamatan PB dilukiskan dengan bahasa korban; korban-korban yang sering diulang dalam upacara PL, mengenai terutama dosa-dosa yang tidak disengaja dan hanya menyediakan keselamatan yang dangkal, digantikan dengan korban satu-satunya yg dipersembahkan oleh Kristus, Dia sendiri yg adalah Imam dan sekaligus korban (Ibrani 9:26; 10:12). Pencurahan hidup-Nya dan darah-Nya dalam kematian-Nya mengerjakan penebusan. sehingga sejak itu manusia dengan hati nurani yang bersih dapat masuk ke hadirat Allah berdasarkan perjanjian baru, yg disahkan oleh Allah melalui pengantaraan-Nya (Ibrani 9:15; 12:24). Surat Ibrani yang menggarisbawahi penekanan macam itu kepada hal Kristus menyelesaikan soal dosa dengan penderitaan-Nya dan kematian-Nya guna menyediakan keselamatan kekal, memandang juga kepada kedatangan-Nya yg kedua kali, yang pada waktu itu tidak untuk menanggung dosa, melainkan untuk menggenapi keselamatan umat-Nya dan pasti menganugerahkan kemuliaan yang menyertai mereka (Ibrani 9:28)
f. Surat Yakobus
Yak mengajarkan bahwa keselamatan bukanlah hanya' oleh iman' saja, tapi juga oleh 'perbuatan' (Yakobus 2:24). Tujuannya ialah untuk membuyarkan harapan siapa saja yang menggantungkan keselamatannya hanya pada pengetahuan intelektual tentang keberadaan Allah, tanpa adanya perubahan hati yang mendampakkan perbuatan-perbuatan yang adil. Yakobus bukannya membuang iman yang benar, tapi menekankan bahwa kehadiran orang beriman nampak melalui perbuatan yang pada gilirannya menunjukkan daya penyelamatan dari agama yang benar, yg sedang bekerja melalui firman Allah dalam hati. Ia tak kalah dalam minatnya untuk membawa kembali orang-orang berdosa dari kesalahan jalannya dan menyelamatkan nyawanya dari kematian (Yakobus 5:20).
g. 1 dan 2 Petrus
1 Petrus menekankan hal yang sama dengan Ibrani mengenai mahalnya keselamatan (1 Petrus 1:19) yang dicari-cari dan dinubuatkan para nabi. Tapi kini sudah menjadi realitas bagi mereka, yang bagaikan domba yang sesat telah kembali kepada Gembala jiwanya (1 Petrus 2:24 dab). Segi keakanannya dapat dikenal oleh mereka 'yang dipelihara ... kepada keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan' (1 Petrus 1:5).
Dalam 2 Petrus keselamatan mencakup luput dari kerusakan yg ada dan terjadi di dunia ini melalui nafsu, dengan cara turut mengambil bagian dalam kodrat ilahi (2 Petrus 1:4). Dalam dunia yang penuh dosa ini, orang percaya merindukan langit baru dan bumi baru di mana bersemi keadilan, namun mengakui bahwa penundaan kedatangan akhir zaman (parausia) terkait pada kesabaran Tuhan dan penundaan itu sendiri merupakan salah satu segi keselamatan (2 Petrus 3:13,15).
h. 1, 2, dan 3 Yohanes
Bagi 1 Yohanes bahasa korban Ibrani merupakan kesepakatan nalar. Kristus adalah keselamatan kita dengan menjadi tebusan bagi dosa-dosa kita, sebagai akibat dari kasih Allah. Adalah Allah sendiri oleh kasih-Nya di dalam darah kehidupan Kristus yang dicurahkan, yg menghapus dosa-dosa kita dan menyucikan kita. Seperti dalam Injil Keempat (Yohanes), keselamatan berarti dilahirkan dari Allah, mengenal Allah, memperoleh hidup kekal di dalam Kristus, hidup dalam terang dan kebenaran Allah, tinggal di dalam Allah dan mengetahui bahwa Ia tinggal di dalam kita melalui kasih oleh Roh-Nya (1 Yohanes 3 :9: 4:6,13; 5:11). 3 Yohanes mempunyai doa yang penting bagi kesejahteraan umum dan kesehatan jasmani (kesejahteraan alamiah) untuk menyertai kesejahteraanjiwa (ayat 2).
i. Surat Yudas
Yudas 3, dalam mengacu kepada 'keselamatan kita bersama', memikirkan sesuatu yg berkaitan dengan 'iman bersama' dalam Titus 1:4, dan menghubungkannya dengan 'iman' (bandingkan Efesus 4:5) untuk mana orang percaya harus berjuang. Keselamatan ini meliputi kebenaran-kebenaran yg menyelamatkan, hak-hak istimewa, tuntutan-tuntutan, dan pengalaman-pengalaman pembaca-pembacanya yang bermacam-macam. Dalam ayat 22 dab ia dengan keras ingin menerapkan keselamatan ini kepada berbagai kelompok orang yang dalam kebimbangan, bahaya dan kemerosotan.
j. Wahyu
Wahyu mengulangi tema (dari 1Yohanes) keselamatan sebagai pembebasan atau penyucian dari dosa melalui darah Kristus, dan pengangkatan orang percaya menjadi imamat yang berkerajaan (Wahyu 1:5 dab), Dalam cara mengenang pernazmur, penulis dengan puji-pujian menggambarkan keselamatan bergantung dalam keseluruhannya kepada Tuhan (Wahyu 7:10). Pasal-pasal penutup Wahyu melukiskan keselamatan sebagai daun-daun pohon kehidupan yang diperuntukkan bagi kesembuhan bangsa-bangsa. Hak mendekati pohon itu, sama seperti mendekati kota keselamatan, diberikan hanya kepada mereka yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan.
III. Jalan Keselamatan
Titik tolak pemikiran Alkitab ialah bahwa sejak kejatuhannya, manusia - baik sebagai perseorangan maupun sebagai masyarakat - memerlukan pertolongan, yaitu keselamatan. Ia berada dalam lingkaran setan pada posisi dan kondisi yg berbahaya, bersalah dan tak berdaya. Kesalahannya telah tidak melayakkan dia menerima bantuan yang dapat melepaskannya dari keadaan dan kedudukannya itu. Tidak ada kebijakan dan kekuatan manusiawi yang mampu memecahkan masalah itu untuk dapat keluar dari dalam lingkaran itu. Allah sendiri harus mengambil prakarsajika manusia harus diselamatkan .
Ada berbagai gambaran tentang kegawatan manusia kegagalan, kekurangan, kekosongan, keterasingan, keterbelengguan, pemberontakan, penyakit, kerusakan, pencemaran, kematian. Demikian juga banyaknya usaha yang sia-sia untuk memperbaiki keadaan itu - pencerahan intelektual terhadap ketidaktahuan, pembaharuan moral, peningkatan estetika, penanganan medis atau psikologis, perbaikan masyarakat dengan menggunakan kehebatan teknologi canggih, strategi ekonomi dan politik, dan di atas segalanya juga teknik-teknik keagamaan yang diciptakan manusia. Sejak dini dalam kisahnya, manusia sudah harus melihat, sebagaimana ia masih harus melihat, bahwa ia tidak dapat mengupayakan keselamatannya sendiri. Sebab dosanya berakar, dan ia pada dirinya terpusat pada dirinya sendiri saja. Usaha-usaha manusia untuk menyelamatkan dirinya sendiri merupakan penentangan terburuk kepada Allah dan terkena hukuman-Nya.
Alkitab menggambarkan Allah dalam kasih yg kudus berprakarsa memikirkan dan melaksanakan 'karya penyelamatan'. Acuan-acuan Alkitab kepada apa yg sudah terjadi terdahulu atau pada 'saat kejadian dunia'. telah melahirkan pertanyaan seperti kapan, dan dalam urutan yg bagaimana Allah merancang penyelamatan itu (Matius 13:35; 25:34; Yohanes 17:24; Efesus 1:4; Ibrani 4:3; 1 Petrus 1 :20; Wahyu 13 :8; 17:8). Namun teolog spekulatiflah yang bertugas membahas masalah, dalam urutan kronologis yang bagaimanakah empat istilah: penciptaan, kejatuhan, pemilihan, penyelamatan itu dinyatakan .
Alat-alat keselamatan menjadi lebih jelas Adalah Jelas bahwa Bapak, Anak dan Roh terlibat (pengalimatannya yg tradisional ialah bahwa Bapak mendekritkan, Anak mengadakan dan Roh menerapkan keselarnatanl. 'Poros' keselamatan itu adalah salib Kristus (Roma 1:16; 1 Korintus 1:18). Dengan tidak melupakan hidup dan kebangkitan Kristus, teolog-teolog biblika sepakat bahwa dalam kematian Kristus-lah Allah melaksanakan tindakan penyelamatan yg sentral bagi manusia. Adalah Tuhan Allah sendiri dalam kasih-Nya yang kudus, yang menyediakan keselamatan. Gambaran keselamatan itu bermacam-macam. Tapi polanya menyatakan keagungan. rahasia. Kekuasaan, dan belas kasihan Allah yang sedang berkarya, dosa yang merupakan penghinaan terhadap kekudusan Allah ditiadakan dalam Kristus.
Hubungan damai dengan Allah disahkan oleh Dia yang telah membuat pendamaian melalui salib-Nya dan penebusan bagi manusia yang terasing dari Khalik-nya. Pembebasan diumumkan di pengadilan. karcna Allah dalam Anak-Nya memikul hukuman yang seyogianya dibebankan atas manusia. dengan menyamakan diriNya sendiri dengan dosa manusia: kehormatan Allah dipuaskan oleh kesempurnaan Kristus yang. diserahkan dalam ketaatan; Kristus mempersatukan kemanusiaan dalam diriNya sendiri, dan menyerahkan itu sebagai korban-Nya kepada Bapak. Kristus adalah Pemenang mutlak dalam kematian-Nya.
Tekanan di sini terletak pada keselamatan yang telah disediakan Allah bagi manusia dalam Kristus, dan sekalipun tidak ada pemisahan antara mereka, penting ditunjukkan bagaimana Allah mengerjakan keselamatan dalam manusia Yesus.
Adalah Roh Kudus yang mewuujudkan keselamatan itu menjadi riil (konkret) bagi manusia. Pengalaman manusia tentang keselamatan melalui tiga kurun waktu. dan dapat dilukiskan dalam pengertian masa lalu. masa kini, dan masa datang: posesif, progresif dan prospektif. Sang insan sudah diselamatkan. sedana diselamatkan dan akan diselamatkan (Efesus 2:8; 1 Korintus 1:18; Matius 10:22; Roma 5:9,10; 8:24).
a. Posesif
Manusia dengan iman yang dikerjakan oleh Roh di dalam dia, dianugerahi status baru dalam Kristus: ia telah dibenarkan dan dibebaskan demi Kristus. Apabila ia dalam statusnya yg belum dibenarkan sama sekali tidak layak memperoleh keselamatan. maka sesudah dibenarkan (bukan oleh kebenarannya sendiri) ia tidak dapat menjadi tidak layak akan keselamatan atau membuat dirinya tidak dibenarkan, dalam arti menggagalkan apa yg sudah dikerjakan Tuhan untuknya. Ia sudah ditebus, didamaikan, diampuni, disucikan (Yohanes 13:10). telah melewati maut menuju ke kehidupan, dan dikaruniai jaminan oleh Roh yang bersaksi bersama rohnya sendiri bahwa ia adalah anak Allah (Roma 8:16), turut rnenjadi pewaris bersama Kristus, memiliki hidup yang kekal dalam kualitasnya dan kekekalan waktuwi, dan yang mematahkan belenggu ketakutan akan maut (Ibrani 2:15).
b. Progresif
Rahmat Allah yg membawa keselamatan (Titus 2:11), yang merupakan kekuatan sebagai dampak pemberitaan tentang salib kepada mereka yang diselamatkan' (1 Korintus 1:18) mengajarkan:
(i)         kebutuhan akan karya pengudusan oleh Roh;
(ii)        penerapan keselamatan yg telah diberikan Tuhan kepada manusia (Filipo 2: 12): dan
(iii)       penyangkalan terhadap nafsu-nafsu duniawi, yang mendarnpakkan hidup yang saleh dan adil dan ilahi di dunia yang sekarang. Seperti iman adalah penting dalam keselamatan yang dimengerti secara posesif, maka demikian jugalah kasih dalam keselamatan yg dimengerti secara progresif.
Oleh kasih yang disemaikan oleh Roh maka hidup manusia terpelihara, mencapai kepribadian yang benar dalam merefleksikan citra Allah. dan Roh sungguh-sungguh hadir dalam pribadinya terhadap orang-orang lain yang membutuhkan keselamatan.
c. Prospektif
Keselamatan seutuhnya akan diwujudkan kelak. Manusia diselamatkan oleh pengharapan. Orang percaya ditunjuk untuk memperoleh keselamatan (1 Tesalonika 5:9; 2 Tesalonika 2:13; 2 Timotius 2:10; Ibrani 1:14). Keselamatan siap untuk dinyatakan pada akhir zaman (1 Petrus 1:5). Keselamatan 'lebih dekat bagi kita daripada waktu kita percaya' (Roma 13:11). Bagi mereka yang mencari Kristus, la akan datang untuk kedua kalinya, bukan untuk urusan dosa. melainkan 'untuk keselamatan' (Ibrani 9:28). Pada waktu kejahatan dikalahkan tuntas dan mutlak untuk selama-lamanya, suara sorgawi akan menyerukan 'Sekarang keselamatnn telah datang' (Wahyu 12:10).
IV. Hak Istimewa dan Tanggung-jawab dari Keselamatan
Penerima keselamatan di mana pun tidak boleh membanggakan diri kepada Allah. Bahkan orang-orang pilihan diperingatkan supaya makin meneguhkan panggilan dan pemilihan mereka (2 Petrus 1:10) dan untuk mengerjakan keselamatan mereka dengan takut dan gentar (Filipi 2:13). Persekutuan orang percaya yg sudah diselamatkan - gereja - merupakan penjaga keselamatan. dan kalimat extra ecclesiam nulla salus (di luar gereja tidak ada keselamatan) baru mengandung artinya yg sebenarnya. bila tugas hikmat memelihara kerugma dan didakhe tentang keselamatan diwujudkan. Gereja harus menjadi 'persekutuan orang-orang yang prihatin', umat yang diselamatkan dan menyelamatkan.
Jika keselamatan benar-benar bekerja dalam diri orang-orang percaya, maka persekutuan (koin6nia) mereka di dalam Roh akan bertambah Dan kekuatan yang menyelamatkan dari Tuhan, yang secara 'vertikal' bekerja ke bawah, membuat mereka sadar akan dampak 'horisontal' atas masyarakat dan yg harus terjadi karena memiliki keselamatan itu. Mereka yg memiliki keselamatan harus menjadi terang dunia, garam dunia. kota di atas gunung. Sejarah gereja menunjukkan bagaimana gereja telah belajar dan masih harus belajar untuk bersaksi secara nabiah tentang keselamatan dalam setiap zaman.
V. Penggenapan Keselamatan
Alkitab tidak bicara tentang keselamatan yang sedikit demi sedikit bagi seluruh umat manusia, apakah itu dalam arti mempersiapkan mereka semua bagi kemuliaan. atau pengubahan masyarakat oleh perkembangan yang berkesinambungan melalui penerapan prinsip-prinsip' selamat'. Tapi Alkitab menjanjikan pembinasaan tuntas kejahatan secara apokaliptis ataupun eskatologis, pembebasan makhluk ciptaan yang sekarang ini mengerang dalam belenggu kerusakan menuju ke kebebasan anak-anak Allah yang berkilauan (Roma 8:21 dab) pada saat "pengangkatan'. 'penebusan tubuh', 'penciptaan kembali' (Matius 19:28), dan penciptaan 'langit baru dan bumi baru. di mana tinggal keadilan'. di mana Tuhan akan dilihat secara tatap muka.







KEPUSTAKAAN:
1. W Foerster, G Fohrer, Theologisches Worterbucch zum Neuen Testament 7, hlm 965-1003;
2. M Green, The Meaning of Salvation, 1965;
3. G.C Berkouwer, Faith and Justification, 1954; Faith & Sanctification, 1952;
4. E. Brunner, The Mediator, 1947;
5. R.W Dale, The Atonement , 1899;
6. J Denney, The Death of Christ, edisi 1951; P.T Forsyth, The Cruciality of the Cross, 1948;
7. L Morris, The Apostolic Preaching of the Cross, 1955;
8. J Murray, Redemption Accomplished and Applied, 1955;
9. L Newbigin, Sin and Salvation, 1956;
10. G.B Stevens, The Christian Doctrine of Salvation, 1905.

11. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Vol 2, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995, hlm 375-379.

Senin, 07 April 2014

Kasih Karunia Allah dan Pembenaran

Sebagaimana Dosa telah masuk melalui Adam[1] dan Hawa sejak di taman eden, sehingga semua manusia juga menjadi dosa juga, dan penghukuman jatuh kepada setiap orang (Rom 5:16), bahkan dalam Ibrani 2:15 dikatakan bahwa “oleh karena dosa Adam, kematian memerintah atas semua manusia dan membawa manusia dibawah ketakutan. Itulah sebabnya kemudian Hukum taurat diberikan/masuk melalui Musa untuk membuat “batasan”(kesadaran) bagi manusia agar mereka dapat mengetahui tentang dosa. Perbedaan yang dimaksud Ialah jauh lebih besar lagi apa yang diperbuat oleh Yesus ialah dengan kasih karunia dan kebenaran yang datang melalui Yesus Kristus yang kemudian membenarkan dan menghidupkan semua manusia/setiap orang yang menerima-Nya. Menghidupkan artinya manusia mendapat anugerah dan mendapat bagian dalam penebusan dan pembebasan dari dosa (maut) yang membawa kepada kematian kepada kehidupan yang kekal bersama-sama dengan Bapa disorga (hanya mereka yang mau menerima Yesus ) yang akan memperoleh keselamatan/kehidupan itu. Melalui satu perbuatan kebenaran inilah yang menunjuk kepada kematian Yesus Kristus dikayu salib. Jadi satu perbuatan dosa yang dilakukan oleh adam memiliki perbedaan dengan suatu kebenaran yang dilakukan oleh Yesus Kristus (suatu penebusan yang sangat besar bagi seluruh umat manusia). namun tidak terlepas bahwa penebusan itu hanya diterima oleh mereka jika mereka mau meresponi kematian Yesus sebagai suatu anugerah yang membawa kepada kehidupan kekal[2].
Sebagai catatan bagi kita ialah ketika dosa masuk kedalam dunia melalui adam, Dosa kemudian memerintah atas kematian dan kematian memerintah atas semua manusia (Rom 5:14), artinya dosa menjadi tuan/raja bagi setiap orang yang berdosa, mengikat hingga manusia berjalan menuju kepada kematian, dan kemudian taurat diberikan melalui Musa untuk membuat manusia sadar akan setiap dosa mereka dengan batasan-batasan yang diberikan Allah melalui hukum-hukum taurat. Namun ternyata itu semuanya tidak cukup sampai disitu. Manusia justru semakin bejat untuk berbuat dosa, menyembah berhala, berzinah, membunuh, dan lain sebagainya. Mereka tidak mampu untuk mengikuti setiap hukum-hukum Allah. mengapa mereka tidak bisa menjalani hukum Allah? itu disebabkan Hukum taurat merupakan hukum yang suci, kudus, sehingga manusia tidak bisa mencapai hukum taurat sebagai suatu sarana bagi mereka untuk membuat mereka sadar akan dosa-dosa mereka (Israel). Itulah sebabnya kemudian melalui kedatangan Yesus (sebagai Mesias yang sudah dinubuatkan) sebagai korban dan penggenapan hukum taurat, membawakan Anugerah yang besar bagi keselamatan seluruh manusia. bahkan Kasih Karunia diberikan bagi kita yang menerima dia sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi kita.  Dan selanjutnya kita memperoleh pembenaran melalui-Nya.  Sehingga melalui kematiaanNya juga membawa kita kepada ketaatan sama seperti Dia yang telah taat kepada setiap Firman Allah dan Ia menunjukkan kepada setiap manusia melalui sikap hidupNya selama masa pelayanan-Nya dimuka bumi.
Itulah sebabnya dalam Roma pasal 6 memberikan kita sebuah pengertian bahwa kita tidak lagi dapat hidup bagi dosa, sebab kita telah mati bagi dosa (ay 2), bahkan tidak ada kesempatan bagi kita untuk hidup didalam dosa itu s
endiri[3]. sebab kematian terhadap dosa telah membuat kita dibebaskan dari hukum dosa dan memberikan mereka hidup baru, termasuk didalamnya pemisahan dari dosa dan tidak lagi terus berhubungan dengan dosa.
Lalu bagaimanakah sikap kita sebagai orang percaya? Apakah kita akan tetap bertekun dalam dosa kita dan menjadi hamba dosa (artinya tetap diperbudak oleh dosa)? Ingatkah kita bahwa Upah dosa ialah maut (Rom 6:23). Jadi setiap orang yang masih berkompromi dengan dosa secara terus menerus, mereka masih tetap akan diperbudak oleh dosa. Sedangkan setiap orang yang mau mengerti dan memahami bahwa ketika Yesus telah mati dan bangkit dari kematian-Nya menunjukkan kepada kita bahwa kita telah menjadi umat kepunyaan Allah melalui darah-Nya dikayu salib. Kita menjadi anak-anak yang hidup dalam kebenaran, dan kasih karuniaNya selalu menyertai kita (menyertai setiap orang yang percaya kepada-Nya). Bahkan ketika kita dibenarkan oleh Allah, kita dapat hidup didalam Allah dan kita didalam Allah.
Jadi marilah kita mendapatkan diri kita tetap berada dalam ketaatan akan Allah, terus menerus hidup benar akan Allah, dan tentunya kita harus memiliki Iman akan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Sebab orang tidak akan mendapat perkenanan Allah jika ia tidak memiliki iman kepada Allah.
Aminn!!!





[1] Adam merupakan gambaran dari Yesus. Gambaran, “tupos” τύποϛ, yang berarti type, persamaan, mewakili. Namun persamaan ini lebih menekankan perbedaan diantara keduanya (1 Kor 15:45-49)
[2] Membiarkan Yesus ada dalam mereka dan mereka didalam Kristus
[3] Kita telah dimerdekakan dari dosa dan telah menjadi hamba kebenaran (menjadi budak kebenaran)

Jumat, 04 April 2014

Apa itu Dekalog?



Kata Yunani untuk “Dasa Titah” atau 10 perintah Allah (Kel 34:28). Dekalog yang diberikan dalam dua bentuk itu (Kel 20 dan Ul.5), merupakan hukum Ibrani yang paling awal dan tradisi menganggapnya berasal dari Musa, meskipun pada kenyataannya berkembang dan diperhalus selama berabad2. Hukum itu diberikan Allah kepada Musa pada dua loh batu (Kel 31:18), setiap loh berisi seluruh 10 perintah , sesuai dengan kebiasaan yang lazim , bahwa setiap perjanjian memiliki dua salinan. Namun, dalam kemarahan Musa telah membantingnya ketika ia melihat umat Israel mempersembahkan dirinya kepada Penyembahan berhala selama ia tidak ada (Kel 32:28). Hukum-hukum itu ditulis ulang (Kel 34:28) dan disimpan didalam tabut Allah (1 Raj 8:9), Hukum-hukum dasar ini ditambah dengan banyak sekali rincian selama bertahun-tahun, namun Dekalog tetap merupakan  ringkasan yang memudahkan untuk mengingat dan untuk resitasi umum serta semangat fundamental bagi kesatuan bangsa Israel. Hukum-hukum ini menuntun Israel Untuk hanya beribadah kepada Allah , dan bukan kepada yang lain, menuntun penghormatan atas kehidupan manusia, pernikahan dan hak milik; harus beristrahat satu hari setiap minggu; harus jujur dalam pengadilan.

            Ada dua cara pembagian Dekalog: Keluaran 20:3, dalam urutan umat Kristen adalah hukum pertama, namun dalam tradisi Yahudi (yang diikuti oleh Katolik Roma) disatukan dengan hukum berikutnya-larangan untuk menyembah patung- dan kemudian, hukum yang terakhir mengenai keirihatian, dibagi menjadi dua, sehingga semuanya tetap sepuluh

Putus Tanpa Merasa Hancur

Putus Tanpa Merasa Hancur
Bagian 1

 Sebagian besar orang akan merasa sangat tersakiti bila ia diputusin oleh kekasih yang sangat ia cintai, bahkan bisa memunculkan sikap yang sangat brutal yang ia lakukan. Begitu pula dengan seseorang yang ingin memutuskan pacarnya, akan sangat kesulitan bagaimana ia harus mengatasi dan menjelaskan kepada pasangannya kalau ia sudah tidak mencintainya lagi. Ia akan dituduh oleh kesalahan dalam dirinya sehingga ia akan kesulitan untuk mengambil keputusan dengan baik dan benar. Bahkan ia bisa saja menghilang dengan sendirinya tanpa membicarakan secara baik-baik dengan pasangannya. Ini sering terjadi dalam kehidupan pasangan-pasangan muda yang menjalin hubungan asmara bersama kekasihnya. Tapi kenyataan yang kita alami bahwa terkadang kita mencintai orang yang tidak mencintai kita, dan sebaliknya terkadang kita menerima orang yang mencintai kita untuk berada disamping kita padahal kita tidak mencintainya. (tapi ini emang udah kebiasaan dan kenyataan yang terjadi) sehingga ini bukan lagi hal yang baru yang membuat kita harus kecewa/sakit hati. Dijaman yang berkembang seperti ini, kita harus belajar banyak hal ketika memilih untuk menjalin hubungan dengan seseorang. Bijak, selektif, itu perlu kita perhatikan supaya kita tidak salah dalam memilih seorang yang dapat kita jadikan orang yang disebut “penolong yang sepadan” itu bagi kita.
            Berikut ini beberapa Tips yang ingin saya bagikan bagi kita semua, tentunya tips ini bukan saja berdasarkan pemahaman saya sendiri, tetapi juga dari beberpa referensi-referensi yang saya baca:
1. Pemikiran2 Khusus jika anda adalah seorang yang minta Putus!
a. Jangan langsung Putus ketika anda ingin melakukannya : emosi datang dan pergi . Ingat !! Cinta Bukanlah sebuah Emosi, tapi sebuah PILIHAN.
b. Jika, setelah memberi waktu dan berdoa, anda masih percaya anda ingin Putus, miliki keberanian untuk jujur  tentang itu dan hindari godaan untuk terus menundanya: Tak satupun dari kita yang menikmati peran ini. tapi sungguh tidak adil untuk berpikir bahwa anda hanya akan memutuskan hubungan itu “diam-diam” dengan tidak berbicara kepadanya. Miliki keberanian untuk berbicara dengan jujur dan katakan kepada dia bahwa anda benar2 minta maaf, bahwa hubungan itu tidak berjalan dengan baik. Ingatlah bahwa semakin lama menundanya, semakin besar rasa sakit yang anda akibatkan.
c. jika anda adalah seorang Kristen, Hindari godaan untuk menyalahkan Tuhan atas putusnya anda. (Contoh: Aku tidak ingin melakukan ini, tetapi Tuhan memberitahuku dalam doa kemarin malam bahwa aku harus putus denganmu). Yang benar saja ! saya tidak berkata bahwa berdoa tentang putus itu salah. Tapi jangan membuat Allah menjadi “orang jahat”-nya. Hadapi kenyataan yang berat dan buruk itu bahwa anda telah berubah dan anda tidak ingin lagi mencari orang itu. Jadi, jangan membawa-bawa nama Tuhan. okey!!.
d. Pustuslah secara baik-baik, tetapi jelas dan bersih. Mungkin dengan memberitahu orang tersebut bahwa anda benar-benar suka dan menghargai dia, ekspresikan apa yang anda hargai tentang hubungan itu secara umum. Katakan betapa canggung dan beratnya bagi anda  untuk mengatakan apa yang akan anda katakan. Tapi katakan itu secara langsung “aku mau putus”. Jelaskan keputusan anda dalam hal perasaan dan nilai-nilai anda, tapi jangan gunaakan ini sebagai sebuah kesempatan untuk menujukkan segala sesuatu yang anda pikir salah tentang orang tersebut.
e. jangan membuat janji-janji yang akan benar-benar sulit ditepati: Misalnya : “aku ingin kita tetap menjadi teman akrab”. Itu tidak adil. Jika anda terus berbicara kepada orang itu, mereka akan menerima ini sebagai sinyal pengharapan bagi mereka. Kita harus memiliki keberanian untuk mengakhiri hubungan itu secara total dan penuh tanggung jawab. Dan ketika anda merasa kesepian selama beberpa minggu kemudian, jangn mencoba untuk kembali menghubunginya kembali dan merusak proses itu dengan menelpon kembali untuk bertemu lagi. Sebab ketika melakukan hal itu kita akan menjadi “orang yang sangat egois”. Anda memiliki hal yang kuat untuk putus tetapi tidak memiliki hak untuk “menggantung” orang itu di sebuah neraka emosi sementara anda dengan egois memenuhi dorongan emosi anda sendiri.

Semoga dengan Tulisan ini kita dapat diberkati: Ingat dalam segalah hal yang kita kerjakan, sertakan Tuhan yang terutama dan minta kebijakan dari Tuhan untuk membuat engkau mampu membuat keputusan dengan baik dan benar tanpa merugikan orang lain.
Salam damai, Tuhan Yesus Memberkati !!

Rabu, 02 April 2014

Salah Memahami Cinta

Salah Memahami Cinta

“Cinta” itu tulus: jika kita melihat dari bentuk kata sifatnya ia akan menunjukkan pengertian  “penuh kasih”. bisa memiliki pengertian asmara, kasih sayang. Cinta itu relatif dan semua orang memiliki pemahaman tersendiri mengenai cinta. Namun makna dari cinta itu sangatlah dalam untuk dimengerti dengan baik dan benar.  Orang-orang begitu banyak mempersalahkan cinta ketika mereka dilukai/disakiti.
          Dalam hal ini saya ingin membahas mengenai cinta (hubungan asmara antara wanita dan pria). Belakangan ini ada banyak orang menjadi korban dengan alasan cinta, dan mempersalahkan Tuhan mengapa memberikan Cinta dalam hidup manusia sehingga menimbulkan banyak korban dengan mengatasnamakan cinta.
          Orang bisa membunuh karena cintanya ditolak, orang bisa dendam karena ia dihianati oleh pacar yang sangat dia cintai, ia kecewa bahkan bisa menimbulkan tingkatan yang lebih buruk dalam dirinya ketika semua yang dia sudah pertaruhkan karena cintanya dan akhirnya semuanya itu hilang begitu saja. masih teringat akan pembunuhan gadis akibat cinta, dibunuh oleh sepasang pasangan. Sangat tragis..!! bahkan orang bisa mngorbankan Agama dan Tuhannya demi cinta, yang lebih parahnya adanya gereja-gereja yang mensahkan hubungan-hubungan tersebut. Bukan UU sendiri melarangnya? Namun kenapa kita melanggar hukum tersebut, bukan saja hukum duniawi, tetapi hukum yang terdapat dalam Alkitab sekalipun mencatat tentang hal yang demikian.
          Apa yang menjadi pelajaran bagi kita? Apa sikap kita sebagai anak-anak Tuhan yang sudah terlibat dalam hubungan berpacaran yang melibatkan kata “cinta”? Apakah kita akan mengorbankan Tuhan, Ortu, dan keagamaan kita demi Cinta yang salah dimaknai oleh kita? Sangat bodohnya hidup kita jika kita salah dalm memaknainya. Bukankah sebenarnya cinta menuntun dan membawa kita kepada sesuatu hal yang menjadi keutuhan yang murni yang tidak merugikan banyak pihak?
          Marilah kita sama-sama memahami bahwa jangan lagi kita menggunakan cinta ditempat yang salah. Marilah kita mencintai dengan melibatkan Tuhan dalam kehidupan kita, supaya ketika kita memulai hubungan kita, kita mendapatkan kebenaran sejati mengenai hubungan yang kita jalani. Sobat.. kita jangan pernah mencintai pasangan kita melebihi cinta kita sama Tuhan.  saya pastikan kita akan kecewa jika menomorduakan Tuhan. mengapa kita pacaran seringkali kita gagal? Itu diakibatkan beberapa hal: - pertama : belum saatnya kita untuk berpacaran (menyangkut umur masih muda), ­- kedua : Tidak mengandalkan Tuhan dalam hubungan berpacaran, -ketiga :  Terlalu mencintai Pacar dengan Sepenuh hidupnya – ­keempat : ­mencintai karena menghibur diri (dari pada sendiri), -kelima: ­Mencintai Karena “Alasan” (cantik,putih,manis, dll),
Keenam: kurangnya komunikasi yang baik, -ketujuh: ­­memberikan kesempatan bagi orang ketiga untuk terlibat. Dan lain sebagainyam

Dan ini sering terjadi dalam dunia pacaran. Bahkan pura-pura mencintai, padahal tidak memiliki cinta sedikitpun. Namun yang paling sering terjadi yang paling menyakitkan ialah ketika mencintai seseorang dengan seluruh hidupnya, dengan seluruh cintanya. Sebenarnya ini tidak salah, hanya saja dijaman yang berkembang seperti ini kita harus belajar dan menggunakan hikmat kita.  Jangan sampai kita kecewa dan sakit hati diputusin oleh pacar kita padahal kita udah sayang bangat sama pacar kita. Salah satu prinsip yang kupegang hingga saat ini ialah “jangan pernah mencintai kekasih melebihi cintamu  kpada Tuhan dan kepada Orang tua dan Saudara-saudaramu”.

“PACAR YANG BAIK AKAN SELALU BERKATA “AKU MENCINTAIMU KARENA AKU MENCINTAIMU, TANPA ALASAN”
Sebab jika kita mencintai dengan berbagai alasan “saya yakin” anda belum mampu untuk mencintai orang tersebut bahkan dapat menerimanya suatu hari nanti. Anda hanya sekedar menghibur diri anda dengan segala kelebihan=kelebihan yang ia miliki.
God Bless You all
Semoga terberkati

Salam!!!