Kamis, 23 Juli 2015

Penyelesaian Dosa Yang Sempurna


Ketidak-tahuan dan ketidak-mengertian akan dosa dan penyelesaiannya yang telah sempurna Tuhan Yesus kerjakan  bagi umat-Nya akan membuat banyak umat Tuan masih hidup dibawah tipuan dosa.  Keadaan ini tentu sangat merugikan yang menyebabkan mereka tidak mencapai target Tuhan, yaitu menjadi serupa Kristus.  dan bukan hanya itu saja, banyak kebenaran Firman Tuhan yang diwariskan kepada setiap anak-anak Allah tidak  dapat mereka akses. akhirnya mereka akan tetap tinggal  dalam keadaan seperti bayi yang tidak dapat memfungsikan panca inderanya.
Sudah dari sejak jauh-jauh sebelum Kristus datang telah diberitahukan pada kita melalui kitab Perjanjian Lama bagaimana Tuhan Allah itu sangat  tegas terhadap dosa. itulah sebabnya pada masa itu sebelum genap waktunya, Tuhan memberikan banyak peraturan keimamatan tentang penyelesaian “sementara” terhadap dosa yang dilakukan oleh umat-Nya. semua yang berkenaan dengan dosa diatur dan ditetapkan begitu ketatnya sehingga tidak ada peluang bagi dosa itu bisa dibiarkan  ada dalam hubungan Tuhan dengan umat Perjanjian Lama. setiap pelanggaran terhadap penyelesaian dosa menurut keimamatan akan berakibat fatal. tentu apa yang umat Perjanjian Lama lakukan bkanlah penyelesaian dosa yang sesungguhnya. Maksudnya apa yang dilakukan pada masa PL itu tidak dapat menghapuskan dosa sekali untuk selamanya. Hal ini terbukti dengan selalu dipersembahkan korban penghapusan dosa secara berulang-ulang (Ibrani 1-:1-2. dan memang apa yang dilakukan pada masa PL bukanlah penyelesaian hakekat Dosa yang sesungguhnya. itulah sebabnya penulis kitab Ibrani menegaskan kembali tentang persembahan-persembahan itu tdak lagi berkenan kepada Allah (Ibrani 10:3, 5-7).
Jadi penyelesaian dosa yang sempurna adalah persembahan Tubuh Yesus diatas kayu salib, satu kali untuk selamanya, bukan korban darah anak domba, kambing, atau lembu atau lainnya. Tuhan Yesus hanya satu kali saja mati bagi kita, tidak berulang-ulang; maksudnya, kematianNya satu kali cukup untuk menghapuskan dan membebaskan kita dari perbuatan dan perbudakan dosa untuk selama-lamanya. hal ini dengan tegas Penulis Ibrani 10: 10,14 ……..”sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan”. Yohanes Juga menulis dalam 1 Yoh 3:8 bahwa Siapa berbuat dosa berasal dari iblis.  Namun sangat disayangkan bahwa, banyak Umat Tuhan mengalami kesulitan untuk menerima kebenaran tersebut. mereka selalu sadar akan dosa yang tidak bisa mereka hindari, sehingga mereka masih percaya dan mengakui, bahwa mereka pasti berbuat dosa lagi.  Pada hal dengan tegas TUhan Yesus mengatakan “Aku berkata kepadamu, Sesugguhnya setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba (budak) dosa (Yoh 8:34). Rasul Paulus yang telah memahami dan menerima hasil karya kematian Tuhan Yesus yang sempurna untuk menyelesaikan dosa, mengatakan kebenaran yang sama seperti yang disampaikan oleh Gurunya, Tuhan kita, Yesus Kristus bahwa ketika seseorang budak dosa, ia bebas dari kebenaran. Demikian juga dengan setiap orang ketika ia menjadi budak kebenaran, maka ia telah bebas dari dosa. dan sesungguhnya kita yang sungguh-sungguh berTuhankan Tuhan Yesus adalah budak kebenaran. Rasul Paulus mengatakan hal ini dengan tegas dalam kitab Roma 6, “Tetapi syukurlah kepada Allah! dahulu memang kamu hamba (budak) dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati  telah mentaati pelajaran yang telah diteruskan kepadamu. Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran. Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal” Rom 6:17-18, 22.
Jadi, kebenaran yang dipaparkan diatas merupakan identitas diri kita yang sesungguhnya didalam Kristus. kita telah beroleh pengampunan dan penebusan Tuhan Yesus yang sempurna, Kita telah dimerdekakan dari perbudakan dosa dan sekarang kita adalah hamba kebenaran, yaitu Tuhan itu sendiri. kita adalah orang kudus, yang telah dikuduskan oleh darah Yesus Kristus satu kali untuk selama-lamanya untuk hidup kudus dan hidup benar…
Amin…..!!!

SIAPAKAH AKU?


Sepanjang sejarah, manusia seringkali mempertanyakan Siapakah Aku? pada dirinya sendiri.  khususnya dari masa kanak-kanak ke masa remaja dan pemuda, mereka ingin mengetahui jati dirinya, mengaoa dan untuk tujuan apa mereka ada didunia ini. Bahkan tidak sedikit diantara mereka yang sudah mencapai  umur yang sudah hampir senja  dan yang telah meninggalkan dunia ini masih belum menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut.  Hal ini wajar, berhubung setiap orang bertumbuh secara individu dan belum pernah hidup sebelumnya. Selain itu memang banyak hal yang belum  dan yang tidak diketahui untuk hal-hal yang akan datang. Oleh karena tidak atau belum ditemukan jati dirinya, manusia berusaha menemukannya melalui berbagai fasilitas yang ada didunia ini. Fasilitas itu berupa harta benda, karier, pendidikan, jabatan dan lain sebagainya. Mereka mengukur dan menilai siapa diri mereka berdasarkan hal tersebut dan larut didalamnya. Mereka bersaing dan berlomba satu sama lain, mereka berjuang untuk menadi yang lebih dari yang lainnya. Bahkan tidak sedikit diantara mereka saling menjatuhkan dan membinasakan. ini bukan pen genalan diri yang sesungguhnya, yang membawa kepada kehancuran hidup diri dan sesama.
Seberapa pentingkah menemukan siapa diri kita sesungguhnya? jawabannya adalah sangat penting, dan bahkan ketka seseorang tidak tahu siapa dirinya dan untuk apa mereka ada di dunia ini, ia sedang hidup didalam kegelapan yang sangat mengerikan. ini bukan saja menyangkut masalah harkat dan martabat mereka di dunia ini, tetapi ini berkaitan dengan masalah kekekalan yang tidak ada ujungnya: Kebahagiaan kekal atau penderitaan kekal? ini bukan masalah makan, minum dan pakai yang hanya bersifat sementara dan semu, tetapi ini berkaitan dengan kemuliaan kekal atau kehinaan kekal.
Lalu, siapakah diri kita dan untuk apa kita ada hanya dapat ditemukan didalam Pribadi yang telah menciptakan dan yang telah menebus diri kita seutuhnya, yaitu Tuhan Yesus Kristus. hanya Dialah yang memiliki jawabannya dan hanya DIa lah yang sanggup mengisi diri kita  untuk mencapai maksud dan tujuan siapakah dan untuk apakah kita ada. Alkitab berkata, “Aku akan berkata kepada utara: Berikanlah! dan kepada Selatan : janganlah tahan-tahan! Bawalah anak-anakKu laki-laki dari jauh, dan anak-anakKu perempuan dari ujung bumi, semua orang yang disebutkan dengan namaKu yang kuciptakan untuk kemuliaanKu, yang Kubentuk dan Kujadikan!” Yesaya 43;6-7.  Dan Lagi, “……..yaitu Bapa, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena DIA kita hidup” (1 Kor 8:6).
TUhan tidak saja mencipta dan menebus kita shingga kita menjadi tahu siapakah diri kita dan untuk apa kita ada; namun terlebih lagi Ia telah berkenan dan telah melakukan semua yang dibutuhkan  untuk membawa kita menggenapi apa yang telah ditetapkanNya bagi kita. Ia buka memberika sesuatu atau yang lain, tetapi IA memberikan diri-Nya seutuhnya untuk menjadi hidup kita yang sesungguhnya. hal ini melampaui jawaban yang diinginkan dari pertanyaan yang ditanyakan oleh manusia tentang siapa dirinya, IA melakukan dan memberikan apa yang tidak terpikirkan oleh siapapun. Sebuah pemberian yang menjadikan kita sepenuhnya bukan saja tahu siapa diri kita  sesungguhnya, tetapi terlebih lagi memiliki “isi” sepenuhnya siapa diri kita tepat seperti yang dirancangkanNya bagi kita. Ia melahirkan kita dari Atas dari Allah seperti DIRINYA yang berasal dari atas dan datang dan keluar dari BAPA (Yoh 8:23,42), Ia menjadikan kita ciptaan baru, yang tidak bercacat cela dan yang berkenan kepadaNYA (2 Kor 5:17; Kol 1:22) inilah jati diri kita yang sesungguhnya….
Amin…!!!

Tidak Dapat Berbuat Dosa


Ketika umat Tuhan diperhadapkan dengan Pernyataan bahwa mereka tidak dapat berbuat disa lagi, sebagian besar dari mereka akan mereasa aneh dan asing bahkan sulit untuk menerimanya. Kondisi ini terjadi oleh karena mereka telah mengukur dan menilai pernyataan tersebut dari berbagai sudut. Dari sudut penalaran akal pikiran, mereka mendapati berbuat dosa adalah bagian yang selalu ada dan melekat pada setiap umat manusia yang ada dimuka bumi ini. mereka tidak memiliki isi pemikiran yang mengatakan mansia dapat untuk tidak berbuat dosa lagi, yang ada dalam pikiran mereka ialah setiap manusia pasti berbuat dosa dan sebagian besar selalu berbuat dosa. dari sudut pengalaman, mereka juga selalu mendapati ketika mereka mananyakan atau mengkonfirmasikan pernyataan tersebut kepada orang disekeliling mereka, dan jawabannya adalah sama, semua orang pasti berbuat dosa. Hal ini bukan saja terdapat pada orang lain, tetapi juga diri mereka sendiri memiliki pengalaman dan nalar pikiran yang sama. Inilah pemikiran yang ada kebanyakan manusia yang ada didunia ini, bagi mereka nalar pemikiran dan pengalaman mereka itulah kebenaran, mereka menerimanya sebagai realita hidup yang tidak bisa dihindarkan. Bagi mereka itulah fakta hidup dan itulah yang menguasai mereka. Inilah dunia dengan segala daya upaya untuk menguasai dan mengendalikan orang-orang yang ada didalamnya. ini jugalah yang dimaksudkan oleh Alkitab yang mengatakan “Jangen menjadi serupa dengan dunia ini” (Rom 12:2); “Jangan mengasihi dunia dan apa yang ada didalamnya” (1 Yoh 2:15). inilah sistem yang menguasai dunia ini yang telah jatuh kedalam dosa.
Namun perlu diketahui bahwa masih ada sistem yang paling kuat, yang lebih hebat yang diberikan kepada setiap orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus. Sistem ini bekerja didalam setiap orang yang menerimanya. Cara kerja sistem ini dimulai dengan menyatakan sebuah pernyataan fakta kebenaran yang mutlak, yaitu; bahwa setiap orang yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa lagi, bahkan ia tidak dapat berbuat dosa karena benih ilahi ada didalam dia (1 Yoh 3:9). Fakta kebenaran tersebut lebih lanjut menyatakan lagi bahwa setiap orang yang memiliki Roh Kristus, tidak hidup didalam daging yang diperbudak oleh dosa lagi (Rom 8:9). Ia ada didalam sebuah hukum yang lebih tinggi dari hukum dosa dan hukum kematian, yaitu ia ada didalam hukum Roh Kehidupan yang membuat ia merdeka dan tidak terjangkau oleh dosa (Rm 8:2).
Jadi, barangsiapa menerima pernyataan fakta kebenaran mutlak tersebut, ia ada didalam sistem dunia Roh Tuhan. sistem ini tidak pernah gagal berfungsi didalam setiap orang yang menerimanya. kalau sistem dunia ini yang  telah rusak oleh dosa bisa begitu kelihatannya tidak pernah gagal menguasai orang yang menerimanya, apalagi sistem kerja dunia Tuhan, yang bekerja dengan kuasa penuh dan tidak bisa gagal daya kerjanya. kalau orang-orang dunia yang percaya pada sistem dunia ini, ia pasti berbuat dosa. BUkankah kita yang percaya dan menerima sistem kerja Kuasa Injil Kristus lebih lagi? bukan saja tidak berbuat dosa, tetapi pasti berbuat kebenaran. karena apa yang menguasai seseorang, itulah yang akan dihasilkan dalam hidupnya. orang yang dikuasai oleh dosa dalam sistemnya, pasti berbuat dosa; orang yang dikuasai oleh kebenaran dan sistemnya, past berbuat benar yang lebih tinggi dari tidak berbuat dosa.
Sesungguhnya Allah telah menyatakannya kepada Kita yang dilahirkanNya, bahwa adalah sebuah kepastian bagi kita untuk hidup tidak berbuat dosa lagi. Apa yang difirmankan Nya, firman itu pasti mengerjakan apa yang dikehendakiNya dan tidak akan kembali dengan sia-sia (Yes 55:10-11), Tuhan Yang berfirman bahwa kita berasal dari Allah, tidak berbuat dosa lagi, Ia pasti menggenapinya. disini yang menjadi bagian kita yang harus kita kerjakan adalah memberi diri sepenuhnya untuk dikuasai oleh Perkataan Tuhan tersebut. inilah yang dimaksudkan dengan orang benar hidup oleh iman, orang benar hidup oleh apa yang dipercayainya.
Amin….!!!

KEBUTUHAN UTAMA



Salah satu hal yang paling vital bagi umat manusia adalah kebutuhan akan FIRMAN TUHAN. Namun sayangnya,
kebenaran ini tidak banyak diketahui oleh banyak orang. Termasuk di dalamnya mereka yang mengaku sebagai ‘umat TUHAN’. Tentu hal ini berdasarkan sebuah pengamatan yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh setiap orang. Lihatlah dari pagi sampai pagi apakah yang dicari oleh kebanyakan orang, bukankah itu bukan FIRMAN TUHAN, tetapi apa yang mengenyangkan perut, memuaskan keinginan mata dan yang menaikkan ‘harga diri’ di hadapan sesamanya? (1 Yohanes 2:15-17) TUHAN YESUS mengatakan, ‘Itulah yang dicari oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah’ (Matius 6:32). Mereka mencari sesuatu yang tidak dapat meningkatkan hidup mereka sampai kepada kekalan. Firman TUHAN melalui rasul Paulus mengatakan, ‘Tuhan mereka ialah perut mereka’ (Filipi 3:19). Inilah yang membuat mereka tidak mempedulikan TUHAN dan sesamanya dengan benar. Dan kalaupun ada umat TUHAN yang cari FIRMAN itupun dalam jumlah yang tidak signifikan, dan sebagian besar melakukannya hanya karena ‘seremonial’ belaka sebagai umat beragama dengan motivasi yang tidak murni.
Manusia Allah Yang Perkasa, bukan demikian hidupmu, engkau tidak ditetapkan untuk mengalami kehancuran dan kebinasaan hidup, melainkan untuk mewarisi dan memiliki sebuah kehidupan yang bermutu tinggi dan bernilai kekal, yaitu HidupNya TUHAN itu sendiri. Sebuah kehidupan yang mulia dan yang memang telah Allah muliakan bagi kita (Roma 5:2; 8:30). Karna itulah kita diciptakan ‘serupa dan segambar dengan Allah’, diciptakan melalui FIRMAN dan dilahirkan oleh
FIRMAN. Mengetahui dan menyadari kebenaran yang demikian akan membuat ‘mata pengertian’ kita terbuka, selera dan keinginan terbangkitkan untuk mengakui dan menggenapkan apa yang telah TUHAN YESUS katakan dalam pencobaan di padang gurun, bahwa ‘manusia tidak akan hidup hanya oleh roti saja, melainkan setiap FIRMAN yang keluar dari mulut Allah’ (Matius 4:4, terjemahan bebas dari KJV). Kita akan menjadikan FIRMAN TUHAN itu ‘menu utama dan makan pokok’ kita yang tidak bisa digantikan, apalagi diabaikan. Ingat, TUHAN YESUS mengatakan, ‘Perkataan-perkataan yang
Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup’ (Yohans 6:63).
Mengapa ada banyak orang tidak kuat menghadapi kehidupan yang keras di dunia ini? Mengapa ada banyak rumah tangga yang tidak kuat menghadapi badai kehidupan di dunia ini? Mengapa ada banyak orang yang putus asa mengarungi samudera kehidupan yang ganas ini? Jawaban sederhananya adalah karena mereka tidak KUAT atau TIDAK MEMPUNYAI KEKUATAN. Mereka tidak kuat dan tidak mempunyai kekuatan karena mereka tidak MAKAN, atau mereka makan, tapi bukan apa yang membangkitkan kekuatan di dalam diri mereka. Mereka lupa atau tidak tahu sama sekali, bahwa MAKANAN yang sesungguhnya bagi manusia adalah setiap FIRMAN yang keluar dari mulut Allah. Mereka berpikir, uanglah penyebab semuanya itu, mereka beranggapan kalo mereka mempunyai banyak uang, maka semua kesulitan itu akan teratasi. Tapi ternyata mereka keliru, sebab yang mengetahui siapa manusia itu dan apa yang dibutuhkannya adalah TUHAN yang telah menciptakannya. Itu sebabnya Allah kembali menyapa setiap manusia ciptaanNya ketika TUHAN YESUS menjadi manusia untuk menyampaikan siapa dan apa yang paling dibutuhan oleh manusia, yaitu FIRMANNYA. Apapun yang kita
butuhkan ada di dalam FIRMAN TUHAN, dan sebenarnya yang dibutuhkan oleh manusia itu adalah hidup dan hidup itu ada di dalam FIRMAN (Yohanes 1:1-4).
Manusia duniawi mengatakan, kita tidak bisa hidup dan tidak bisa mempertahankan sebuah kehidupan tanpa fasilitas, yaitu uang. Tetapi Manusia Allah berkata, tanpa FIRMAN TUHAN tidak ada kehidupan yang bisa dipertahankan, bahkan tidak mungkin ada kehidupan tanpa FIRMAN. Hai Manusia Allah Yang Perkasa, FIRMAN TUHAN adalah makanan vital dan hidup kita satu-satunya yang tak tergantikan oleh apapun juga, FIRMAN TUHAN itulah HIDUP bagi setiap manusia yang telah diciptakan, amin!

FIRMAN YANG DIMENGERTI


Dalam kehidupan selalu ada ‘prinsip hukum’ yang berlaku, baik dalam dunia ini maupun dalam dunia rohani. Salah satu prinsip hukum tersebut adalah ‘mengerti’ dan ‘memiliki’. Prinsip hukum ini secara khusus berlaku dalam dunia pendidikan, itu sebabnya dalam sistem pendidikan di dunia ini selalu ditekankan pentingnya untuk ‘mengerti’ pelajaran yang telah diajarkan oleh para pendidik, khususnya dalam pelajaran yang menuntut ‘pemahaman’ lebih dari pada ‘hafalan’.
Prinsip hukum ‘mengerti dan memiliki’ juga berlaku dalam pembelajaran ilmu bahasa, cuma perbedaannya adalah dalam menguasai sebuah bahasa asing, kita tidak hanya membutuhkan pemahaman, tetapi juga dituntut ‘mempraktekkannya’. Dari prinsip ini lahirlah pepatah bahasa Inggris yang mengatakan, ‘Use it or loose it’, maksudnya kalo kita tidak membiasakan diri menggunakan atau mempraktekkan bahasa asing yang telah kita pelajari, bahkan yang telah dikuasai itu, maka cepat atau lambat bahasa tersebut akan hilang atau terlupakan, atau paling sedikit tidak fasih lagi menggunakannya.
Manusia Allah Yang Perkasa, prinsip hukum di atas juga berlaku di dalam hubungan kita dengan FIRMAN TUHAN, baik yang kita dengar maupun yang kita baca dalam Alkitab. Ada banyak anak-anak TUHAN tidak mengetahui pentingnya prinsip
hukum tersebut, sehingga akhirnya mereka tidak ‘memiliki’ apa yang mereka dengar dan apa yang mereka baca dalam Alkitab. Mengapa mereka tidak bisa memiliki FIRMAN TUHAN tersebut? Jawabannya, karena mereka tidak mengerti apa yang mereka dengar dan apa yang mereka baca. Tentu, karena tidak bisa ‘memiliki’ FIRMAN TUHAN, maka mereka tidak akan mendapat ‘manfaat atau keuntungan’ dari FIRMAN TUHAN itu. Inilah salah satu sebab utama yang menyebabkan
anak-anak TUHAN tidak bisa bertumbuh dalam iman dan pengetahuan akan TUHAN. Oleh sebab itu ketika kita mengetahui pentingnya prinsip hukum ‘mengerti dan memiliki’ kita harus menyendengkan kedua telinga kita untuk mendengarkan. Kita harus mencondongkan hati kita untuk menangkapnya. Kita harus memusatkan perhatian dan pikiran kita sepenuhnya kepada FIRMAN TUHAN yang kita pikirkan. Hal itu semua harus kita lakukan dengan tekun dan berulang-ulang, agar semua
yang kita dengar dan baca dari FIRMAN TUHAN itu sepenuhnya beroleh waktu yang cukup untuk berakar, bertumbuh dan berbuah.
Prinsip hukum ‘mengerti dan memiliki’ tidak bisa bekerja sepenuhnya jika kita hanya ‘menghafal’ FIRMAN TUHAN yang telah kita dengar dan baca tersebut. Sebab ‘menghafal’ FIRMAN TUHAN tidak sama dengan ‘mengerti’ FIRMAN TUHAN. Dan ‘mengerti’ FIRMAN TUHAN tidak akan terjadi, jika belum memilikiNya. Oleh sebab itu kita harus mengetahui tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk sampai kepada ‘mengerti’ tersebut, tahapan-tahapan tersebut di antaranya adalah:
  • FIRMAN TUHAN yang kita baca, harus kita baca dalam konteks Injil TUHAN kita, YESUS KRISTUS. Maksudnya, FIRMAN TUHAN yang kita dengar dan baca harus kita dengar dan baca, khususnya kitab Perjanjian Lama, harus kita baca dalam ‘kaca mata’ penilaian berdasarkan karya kematian dan kebangkitan KRISTUS. Sebab FIRMAN TUHAN yang dicatat dalam Alkitab tidak semuanya dapat kita kenakan pada hidup kita, mengapa? Sebab ada bagian-bagian
    FIRMAN TUHAN yang hanya berlaku untuk bangsa Israel secara jasmani, dan ada bagian-bagian yang telah digenapi atau telah tercapai oleh TUHAN YESUS, seperti hukum Taurat dengan segala peraturan dan tata ibadahnya: korban-korban persembahan, lambang-lambang dan simbol-simbol; demikian juga sebagian dari kitab-kitab PL lainnya, bahkan termasuk kitab keempat Injil yang mencatat pelayanan TUHAN YESUS kepada bangsa Israel. Singkatnya, semua yang tertulis dalam Alkitab harus kita baca dalam kaitan langsung dengan karya Penebusan
    TUHAN kita, YESUS KRISTUS.
  • FIRMAN TUHAN yang kita dengar dan baca, harus kita dengar dan baca dalam kaitan langsung dengan diri kita. Ada banyak anak-anak TUHAN yang mendengar dan membaca FIRMAN TUHAN, bukan mendengar dan membacanya untuk diri mereka sendiri. Hal ini terbukti, mereka seringkali dan bahkan selalu berpola pikir yang berbeda dengan
    yang dikatakan FIRMAN TUHAN. Mereka berpendapat dan bermental tidak sama dengan FIRMAN TUHAN, dan tentu, tingkah laku mereka pasti tidak sama dengan FIRMAN TUHAN. FIRMAN TUHAN yang dimengerti itu datang melalui ‘penerimaan dan pengenaan’ secara langsung kepada diri kita sendiri, lalu kemudian menghayatinya dalam perenungan dan memperkatakannya berulang-ulang (Yosua 1:8, Mazmur 1:3), maka datanglah pengertian itu. Ketika kita mengerti, kita sadar bahwa yang dikatakan dalam FIRMAN TUHAN adalah untuk kita dan milik kita, dankita menikmatiNya.
Kedua tahapan tersebut di atas adalah proses terjadinya pertumbuhan benih yang ditaburkan dalam tanah yang baik dalam perumpamaan yang disampai oleh TUHAN YESUS (Matius 13:13, Markus 4:20, Lukas 8:15). Manusia Allah Yang Perkasa, pastikan FIRMAN TUHAN yang engkau baca dan dengarkan itu adalah FIRMAN TUHAN yang engkau mengerti dan memilikiNya, amin!

“Mintalah apa saja yang kamu Kehendaki” (Yoh 15:7)


JIka kita perhatikan dengan seksama kalimat dalam Yohanes 15;7 ini seolah-olah merupakan sebuah kalimat yang sepertiya bertentangan untuk dibaca atau didengar ataupun untuk dilakukan. sebab kalimat ini merupakan sebuah perintah yang mengandung janji Yesus kepada murid-murid-Nya. mungkin akan akan menimbulkan pertanyaan bagi kita ialah bukankah seharusnya kita meminta sesuatu kepada TUhan sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan harus sesuai kehendak kita? ini merupakan sebuah konsep yang perlu kita pelajari bersama.
Saya ingin memberikan sebuah contoh: seorang anak ingin meminta sesuatu kepada ayahnya, kemudian ayahnya tentu mengabulkan permintaan anaknya, karena ia memang anak kandung Ayahnya. lalu apakah Ayahnya memberikan permintaan anaknya karena kehendak anaknya atau karena kehendak ayahnya? bukankah karena kehendak anaknya?
demikianlah dengan hubungan kita dengan Kristus. tentu perkataan tema diatas tidak menjadi kontroversi bagi kita karena memang kita adalah anak-anak Allah dan ahli waris bersama dengan Kristus (1 Yoh 3:1). Apa yang dimiliki BAPA anak juga tentunya memiliki. namun kita mencoba memahami kalimat dalam Yoh 15:7 ini. dengan tegas Yesus mengatakan bahwa “Minta apa saja yang kamu kehendaki” ingat dan tandai kalimat “apa saja” artinya segala sesuatu yang kita kehendaki. tanpa terkecuali. namun walaupun dalam konteks ini Paulus sedang membicarakan bagaimana murid-muridnya dapat menghasilkan buah, bahwa jika mereka tinggal dalam persekutuan dengan BAPA  maka mereka akan mengasilkan buah. namun kalimat ini disisi lain juga sedang menunjukkan kualitas kita sebagai anak Allah. tentunya seorang anak tidak akan pernah takut meminta sesuatu kepada Ayahya, demikian juga kita yang adalah Anak Allah membuat kita pun tidak takut untuk meminta apapun kepada BAPA.  Asal saja kita memiliki persekutuan dengan BAPA  seperti yang Yesus tawarkan kepada murid-murid-Nya bahwa “Jikalau kamu tinggal didalam Aku, dan FirmanKu tinggal didalam kamu”. kalimat ini menjadi kunci utama penghasilan buah itu. buah itu tidak akan pernah ada jika Firman itu tidak tinggal didalam kita. mengapa harus demikian? Firman itu ialah benih, dan benih itu harus bertumbuh (Luk *:11,15) jika tanah kita baik maka ia akan bertumbuh dan mejadi kuat dalam hidup kita, dan benih itu tentunya akan membuahkan hasil. dan hasil itu akan menjadi nyata sebab kita memiliki Firman dan Firman itu tinggal bersama kita. mengapa demikian Firman itu begitu bermakna dan dapat menghasilkan buah yang baik ? karena benih itu atau firman itu ialah Allah sendiri, yang telah menjadi masusia (Yoh 1:1-2).
Yohanes juga menulis hal yang sama bahwa minta apa saja yang kita kehendaki (1 Yoh 3:22). Yohanes menuliskan dengan begitu jelas bahwa kita meminta apa saja yang kita kehendaki, namun tentunya kita tidak akan pernah memisahkan dan melupakan kalimat selanjutnya yang mengatakan bahwa “karena kita telah menuruti (menuruti disini dalam terjemahan aslinya ialah memelihara) segala perintah-perintah-Nya”. jadi tentunya permintaan kita yang kita kehendaki tidak akan berlawanan dengan kehendak Allah, karena kita hidup didalam-Nya. kita tidak akan meminta kepada Bapa jika kita bukan anak-Nya dan jika kita tidak memelihara segala perintah-perintah-Nya.
Yohanes 14:13 juga memberikan kita suatu bukti bahwa kita dapat meminta sesuai dengan kehendak kita, namun dengan cara ialah kita harus meminta dalam nama Yesus. sebab tidak ada nama lain yang kepadanya diberikan jika ia meminta selain nama Yesus. jadi ini semua slalu berhubungan bersama tentang meminta. permintaan kita tentunya harus seuai dengan benih yang sudah kita miliki. sebab jika kita memiliki Firman itu, tentunya segala sesuatu yang kita minta menjadi kemuliaan nama Allah, tidak saja menjadi keuntungan bagi kita tetapi nama Allah dipermuliakan dan menjadi bukti nyata kehidupan kita sebagai anak Allah yang memiliki Firman itu.
oleh karena itu, kita harus menjadi orang yang paling bersukacita didunia ini, sebab segala sesuatu telah Allah berikan kepada kita, sehingga kekita kita meminta kepada Bapa, kita harus yakin bahwa kita telah memilikinya. sebab Allah kita bukanlah Allah pendusta yang tidak memenuhi janjiNya kepada anak-anak yang dikasihiNya, kepada anak-anak yang memelihara segala perintah-Nya. sebab, hanya kita yang memenuhi keinginan Allah yang dapat menerima janji itu.
salam.. Tuhan memberkati.
by. Kirenius Wadu

REALITAS IMAN


Iman merupakan salah satu kata yang sangat banyak dibicarakan dalam Alkitab maupun dikotbahkan dari atas mimbar
gereja. Sangat banyak dibicarakan dalam Alkitab, ini berarti ‘iman’ itu adalah sesuatu yang sangat penting bagi kita sebagai umat TUHAN. Karena ini satu-satunya aturan main untuk memperoleh apa yang telah dikerjakan dan yang telah diberikan oleh TUHAN kita, YESUS KRISTUS melalui kematian dan kebangkitanNya. Sangat banyak dikotbahkan dari atas mimbar gereja, namun ini belum menjamin, bahwa kata ‘iman’ itu benar-benar telah dipahami dan dimiliki dengan tepat sebagaimana seharusnya. Dua situasi yang kontras ini harus bisa kita ‘jembatani’ agar apa yang dipentingkan oleh TUHAN sungguh-sungguh ada di dalam realita kehidupan kita sebagai umat TUHAN.
Salah satu penyebab ‘kesenjangan’ ini adalah ‘iman’ itu seringkali dipahami hanya sebagai sebuah ‘kepercayaan’ yang
belum menerima ‘hasilnya’. Contoh, ‘Saya percaya, bahwa saya pasti masuk sorga setelah percaya kepada TUHAN YESUS, apabila suatu saat nanti saya meninggal’. ‘Percaya’ atau ‘iman’ tersebut dinilai sebagai jaminan ‘akan’ menerima hasilnya nanti, yaitu ‘masuk sorga setelah meninggal’. Tanpa disadari ‘konsep’ iman atau percaya tersebut dinilai sebagai sesuatu yang ‘belum’ menerima hasilnya. Memang benar, bahwa setelah kita percaya kepada TUHAN YESUS pada suatu saat nanti kita akan masuk sorga seperti yang dikatakan dalam Alkitab. Tapi ini bukanlah satu-satunya cara untuk memahami
‘iman’ itu. Ada kalanya, ketika FIRMAN TUHAN menyinggung tentang iman, itu secara langsung berkaitan dengan ‘hasil’ yang diperoleh melalui iman tersebut. Contoh, ketika TUHAN YESUS mengatakan, bahwa barangsiapa yang percaya kepada-Nya, ia memiliki hidup yang kekal (Yohanes 5:24, 1 Yoh 5:12). Kata ‘memiliki’ itu menggunakan bentuk kalimat ‘sekarang’ bukan ‘akan’ menerima hidup yang kekal, melainkan telah memilikinya. Hal ini tentu membawa implikasi yang
sangat besar bagi hidup kita yang sekarang ini. Sebab ‘hidup kekal’ yaitu hidupnya TUHAN itu sendiri akan menjadi kekuatan kita untuk menghadapi tantangan hidup yang ada di dunia ini. Selain itu juga membawa kita kepada sebuah penghayatan yang mendalam dan nyata dalam hubungan kita dengan TUHAN. Jadi setelah kita percaya kepada
TUHAN YESUS, kita bukan saja akan masuk sorga nanti, tetapi pada saat sekarang ini kita ‘telah’ memiliki hidup kekal itu, hidupNya TUHAN.
Demikian juga ketika TUHAN YESUS mengatakan, ‘Akulah terang dunia, barangsiapa mengikut Aku ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup di dalam dirinya’ (Yohanes 8:12). Kata ‘tidak akan berjalan’ dan ‘akan mempunyai’ di sini bukan menunjuk kepada waktu yang akan datang seperti umumnya dipahami, melainkan hendak menyatakan suatu keadaan yang pasti terjadi apabila seseorang telah mengambil keputusan untuk mengikuti TUHAN YESUS. Jadi apabila seseorang itu telah mengambil keputusan tersebut, maka setelah itu ia ‘tidak lagi’ berjalan dalam kegelapan, melainkan ia ‘mempunyai’ terang hidup, sekarang bukan akan atau nanti. Kalo kita belum atau tidak memilikinya sekarang, maka kita belum bisa disebut orang yang telah percaya atau yang telah mengikuti TUHAN YESUS.
di sinilah letak ‘kuncinya’ untuk mengalami ‘realitas’ pengiringan kita kepada TUHAN, yaitu ‘realitas iman’. Kita tidak hanya memiliki ‘pengharapan’ di masa yang akan datang, tetapi sekarang ini juga kita telah memilikinya sebagai bagian jaminan kita untuk menerima ‘kesempurnaannya secara penuh’ di waktu yang akan datang. Kita bukan saja akan memilikinya nanti, tetapi sekarang kita juga sedang memilikinya dan hidup di dalamnya melalui iman. Inilah yang membuat kita menjalankan hidup di dunia ini dengan ‘kuasa’ dari dunia yang akan datang, yaitu Kerajaan Sorga. Inilah yang membuat kita tidak bisa dikalahkan oleh dunia, sebaliknya kitalah yang mengalahkannya melalui iman kita (1 Yohanes 5;4).
amin!

Aku Ada Karna Aku Berharga


“Aku ada karna aku berharga”, mungkin sebuah kalimat yang tidak begitu diketahui oleh sebagian besar manusia yang hidup dalam latar belakang yang berbeda2, sosial, ekonomi, budaya, agama, dll. namun kalimat ini memiliki arti atau makna yang sangat tinggi jika kita kembali meninjau lagi untuk apa kita ada?? pernah pembaca saat sendiri entah dikamar, di jalan, dimanapun itu, berkata pada diri sendiri : Untuk Apa aku ada di dunia ini? seperti apakah Fungsi diri saya bagi diri saya sendiri, orang lain dan Tuhan? ini erupakan sebuah pertanyaan yang dapat merubah seluruh pola pikir dan kehidupan kita jika kita tahu pasti dengan penuh keyakinan akan fungsi dan untuk apa kita ada. tentunya kita dilahirkan kedunia ini mempunyai Visi dan Misi dalam batin kita secara pribadi. Itu yang Tuhan taruh dalam batin kita. namun dalam segala pertumbuhan hidup kita baik secara pendidikan, dunia lingkungan dll akan menjadi sebuah persoalan yang akan memimpin kita kemana kita akan melangkah dengan tujuan kita. dan itu akan membuat kita begitu sulit ataupun mudah untuk melihat fungsi kita.
mungkin kita tidak pernah berpikir akan begitu berharganya diri kita sehingga kita sulit menemukan siapa identitas diri kita bahwa kita begitu berharga. bukan saja bagi diri kita namun berharga bagi orang lain dan terutama kita berharga dimata Tuhan. kita dikatakan segambar dan serupa dengan Allah . kita memiliki natur ilahi dari Allah, sebab kita dihembuskan nafas (roh) Allah sendiri yang membuat kita hidup. ketika Allah menciptakan adam dan hawa, mereka diberikan tugas dan kuasa atas segala ciptaan dimuka bumi ini, bahkan memberikan nama kepada segala jenis binatang didarat dan diudara, bahkan untuk mengelola bumi.
namun terlebih besar lagi bukti berharganya diri kita ialah, ketika Yesus mati dan bangkit, membuktikan bahwa Ia telah membayar Lunas hutang dosa kita. IA telah menjadi korban penghapusan dosa satu kali untuk selamanya, namun tidak cukup sampai disitu, kita diberikan status baru oleh Allah melalui Yesus. apa statusnya? statusnya ialah, kita dikuduskan menjadi kekudusannya Allah, dibenarkan menjadi kebenarannya Allah, bahkan kita menjdi kemuliaannya Allah. ini merupakan sebuah berita (pengumuman) atau hasil keputusan yang telah Allah lakukan didalam Yesus. status ini bukanlah sekedar sebuah kalimat mati, namun ini merupakan sebuah kalimat yang hidup yang menjadi bagian kehidupan kita yang telah kita peroleh didalam Yesus. oleh karena itu, keberadaan kita ini merupakan keberadaan ditingkat dimana kita telah memiliki kembali kuasa untuk mengaklukan segala kuasa Iblis. kita diberikan benih Ilahi oleh Allah. sehingga kita tidak terjangkau oleh dosa (Yoh 3:9-10).
berharganya kita ialah kita sudah mendapat jalan masuk kepada BAPA oleh Kristus. kita telah memperoleh warisan keselamatan itu, hanya sekarang yang menjadi pertanyaan bagi kita ialah, bagaimana kita sudah memiliki keselamatan itu jika dala hidup kita kita tidak menyadari apakah kita berharga atau tdak? berharga dalam hal ini ialah ketika kita menyadari akan karya penebusan Kristus dikayu salib itu. seberapa jauh kita menikmati dan memiliki bahkan memelihara berita itu. jika injil adalah beritak sukacita, kabar baik, sudah kita bersukacita akan kabar baik itu? jika kita sudah bersukacita dan menerima, sudahkah kita mengakui bahwa kita adalah orang2 Kudus, orang2 benar? jika kita belum mengakui hal ini, maka kita masih dalam pola pikir kita yang lama. kita harus mengakui bahwa dosa kita telah dihapuskan (diselesaikan dengan sempurna) oleh Yesus. jika kita mengakui dan memelihara, mengenakan dalam kehidupan kita maka kita akan mengerti makna perkataan Paulus bahwa “berubahlah oleh pembaharuan budi” atau “berubah oleh pembaharuan pikiran yang baru” yaitu pikiran Kristus (pikiran yang tidak tercemar oleh dosa).
maka hasilnya akan kita temukan bahwa (Kristus didalam aku dan aku didalam Kristus) maka semuannya akan berjalan bersama2 untuk mendatangkan kebaikan bagi hidup kita. kita akan tahu kemana kita pergi, kesuksesan yang kita miliki selalu pasti didalam Yesus. hanya saja diatas semuannya itu Yesus yang harus kita kenakan.
perlu kita ingat bahwa perbuatan dosa menghasilkan dosa, perbuatan kebenaran menghasilkan kebenaran. artinya ialah hanya orang berdosa yang berbuat dosa, hanya orang benar yang dapat berbuat benar. sama seperti benih, jika beihnya pepaya maka ia akan menghasilkan pepaya. seperti itulah kita didalam Allah. karena kita lahir dari atas dan kita memiliki benih yang dari Allah maka hasil dari benih kita ialah kebenaran.

PERSEKUTUAN


Persekutuan (Bersekutu) menjadi hilang maknanya dikalangan orang percaya. Datang beribadah disebuah tempat ibadah, atau di gereja, atau ke tempat komsel dan sejenis ibadah lainnya, namun sebagian besar jemaat ataupun para hamba Tuhan menajdi lupa makna sejati dari sebuah persektuan. dewasa ini, presekutuan hanya dijadikan tempat berkumpul, tempat menyanyi, bertepuk tangan, mendengarkan musik yang bagus, dan juga mendengarkan isi khotbah yang diberikan, namun mengabaikan arti persekutuan itu sehingga mereka kemudian pulang kembali dengan tidak mendapatkan apa-apa. Saya teringat dengan cerita Bapak Eka Darmaputera dalam bukunya yang berudul Dipilih Untuk Memilih. beliau menceritakan tentang gerejanya dikritik karena dianggap kurang persekutuan atau tidak memiliki persekutuannya. disisi lain ada juga sebagian jemaat-jemaat Tuhan mendambakan adanya persekutuan. Namun menjadi pertanyaan ialah sudahkah kita tahu persis apa itu persekutuan? sudahkah kita ketahui konsekuensinya persekutuan itu? oleh sebab itu sebagian orang akan terlihat lebih banyak berbicara, tetapi tidak tahu persis apa yang ia bicarakan. oleh karena itu, marilah kita bersama-sama memahami apa sebenarnya arti dari persekutuan itu.
Didalam Bahasa Yunani, yaitu bahasa asli kitab Perjanjian Baru kalimat ini kita temukan dalam arti Koinonia. Kata Yunani κοινωνια – koinonia (feminine noun) berasal dari: κοινη – KOINÊ, dari kata dasar κοινος – KOINOS yang artinya “common/ umum” (kesamaan), adjektiva. Kata KOINONIA tidak terbatas pada satu pengertian saja, melainkan mempunyai arti yang luas sesuai keadaan yang berlaku pada waktu dan situasi tertentu. Penjelasan dibawah ini akan menjabarkannya lebih jelas.
Kata KOINÊ sesuai yang dijelaskan di atas, adalah sesuatu yang sama dan menyatukan, common. Sejumlah orang berkumpul untuk mendapatkan manfaat bersama disatukan oleh suatu kepentingan bersama. Dari istilah KOINÊ kemudian muncul Istilah koinonia. Kata Koinonia itu dahulunya biasa dipakai dalam kemasyarakatan orang-orang Helenis yaitu tentang hal kebersamaan/ kesamaan terhadap kesenangan mereka berkumpul di teater. Teater bagi mereka sekaligus merupakan lukisan kehidupan mereka. Bahkan kata “teori” berasal dari kata “teater” dalam bahasa mereka. Mereka menemukan “common” (kesamaan) yang membentuk Koinonia melalui teater. Teater menyatukan orang berkumpul sebagai penonton, penyaksi, orang yang melihat. Mereka disatukan dalam suatu pertunjukan. Mereka berkumpul, duduk, lalu dengan mata yang melihat, mereka menemukan kepentingan yang sama di dalam teater, dan menikmatinya bersama. Itulah asal istilah koinonia dalam masyarakat Helenis.
Dalam konteks persekutuan dalam beribadah maka kita mengartikannya juga sebagai Satu roh, kerinduan, semangat untuk memberi, untuk berbagi dengan kemurahan hati dengan orang lain. Kalau lawan kata persekutuan dalam bahasa indonesia mungkin kita akan mengartikannya sebagai perpecahan atau permusuhan. jika dalam bahasa Yunani maka kita menemukan kalimat pleonexia, yang berarti mengambil, merebut, meraup segala sesuatu dari orang lain untuk dirinya sendiri.
Oleh karena itu, kita perlu untuk memahami dengan benar makna persekutuan kita selama ini. mungkin kita juga bisa mehat makna persekutuan Rasul Paulus. itu merupakan sebuah contoh nyata yang diberikan Paulus bagi kita. ketika kita membaca Alkitab maka kita akan menemukan begitu dalam hati dan kerinduan Paulus kepada jemaat-jemaat binaannya, hingga ia mencucurkan air mata. menginginkan agar jemaat-jemaat tidak terpengaruh oleh ajaran-ajaran lain, Paulus juga selalu berdoa kepada jemaatnya. ini adalah sebuah persekutuan sejati yang Paulus berikan. ia tidak mencari keuntungan untuk dirinya sendiri, tetapi ia melayani, memberitakan Firman Tuhan, memberikan seluruh hati dan tenaganya untuk jemaat, bahkan ia mengatakan tidak ia anggap rugi.
lalu apa yang menjadi tujuan kita bersekutu selama ini digereja? apakah hanya datang lalu pulang begitu saja? merasa sudah memberikan persembahan yang besar kepada gereja Tuhan lalu pulang begitu saja tanpa ada persekutuan sejati yang diterima? ini adalah sangat disayangkan dan terjadi dikalangan keKristenan. persekutuan kita ialah memberikan hidup kita kepada orang lain, baik dari apa yang kita miliki, baik dari sikap kita, yaitu dari segenap hidup kita tanpa merasa kita dirugikan. kita kemudian membawa damai sejahtera, membawa sukacita dalam rumah Tuhan. orang lain jadi dberkati dengan melihat hidup kita. suasana ibadah yang menjadi satu roh dalam menyembah Tuhan. bukanlah persekutuan yang mendatangkan kedengkian, cemoohan diantar sesama jemaat, bukan persekutuan yang hanya datang namun tidak mengenal antara satu sama lain. Persekutuan kita ialah persekutuan yang didalamnya ALLAH turut hadir bersama-sama dengan kita, menyaksikan kesungguhan hati kita kepadaNya.  melihat tujuan hidup kita datang kepada_NYA.
oleh karena itu mari kita memiliki persekutuan yang benar dihadapan Tuhan, digereja kita, di ibadah komsel kita, dan dimanapun kita akan membawa kemuliaan ALLAH bagi orang lain. dan Berkat Keselamatan menjadi milik kita.
AMIN

KEKUDUSAN DAN KEBENARAN


Kita sering membicarakan tentang “KEBENARAN ALLAH dan KEKUDUSAN ALLAH”, namun sebagian besar orang akan menolak jika ia dikatakan “Orang Benar” atau “Orang Kudus”. hal ini tentunya tidaklah mudah untuk diterima oleh sebagian besar manusia. karena semua manusia akan berpikir dan beranggapan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, bahwa manusia cenderung berbuat dosa (memiliki potensi berbuat dosa atau memiliki natur dosa). Pemahaman ini disisi lain kelihatannya sangat lah benar. namun jika dilihat dari sisi Alkitab maka pandangan ini sangatlah bertolak belakang dengan Alkitab bahkan menyangkal apa yang telah Alkitab saksikan kepada kita.  Para pakar teologia telah memberikan banyak masukan dan ide-ide tentang penyelesaian dosa, namun sauatu kenyataan besar dan mulia mereka tidak dapat menerimanya. karna pemahaman dasar mereka ialah “Manusia tidak mungkin dapat hidup benar, manusia tidak mungkin dapat hidup kudus” karena manusia bukanlah manusia sempurna. ini merupakan konsep yang benar-benar mematikan. kelihatannya benar tapi pada dasarnya ialah suatu kesalahan yang mematikan. Alkitab dengan jelas tidak memberitakan bahwa manusia adalah manusia yang berpotensi berbuat dosa. tidak ada satupun Dogmatika yang dianjurkan oleh para penulis Alkitab bahwa manusia memiliki potensi untuk berbuat dosa, bahwa manusia sekalipun benar namun ia berkemungkinan besar untuk berbuat dosa, dikarenakan ia memiliki natur dosa. Kalau begitu, Dapatkah yang kudus sekaligus menjadi satu dengan Dosa? Dapatkah gelap dan terang bersatu? jika kita memiliki natur dosa, maka bukankah sedang mengidentifikasikan bahwa tidak ada kekudusan dalam diri orang tersebut? dalam Titus 1:15 mengatakan bahwa bagi orang yang  suci semuanya suci, bagi orang yang najis dan tidak beriman, tidak ada satupun yang suci, karena hati nurani mereka dan pikiran mereka tercemar oleh kenajisan.
Rasul Paulus dalam kitab Roma memberikan penjelasan panjang lebar tentang dosa, tentang bagaimana dosa maasuk kedalam dunia melalui sato orang, kemudian bagaimana dosa itu digambarkan sebagai MAUT (kematian) yang dimana akibat dosa ini manusia tidak memiliki jalan kepada ALLAH, tidak lagi memiliki hidup kekal, namun selanjutnya ada harapan yang diberitakan, yaitu Yesus (adam terakhir) yang datang menyelesaikan dosa umat manusia. menebus manusia dari dosa, sehingga kita dikuduskan, dibenarkan kemudian kita dimuliakan menjadi kemuliaan ALLAH. maka kita kemudian memperoleh identitas baru didalam Kristus. setiap orang percaya dibenarkan. bahkan sampai akar2 dosa, Yesus selesaikan semuanya dikayu salib, dan bukti kemenangan-Nya ialah Yesus mati dan bangkit kemudian ia terangkat dalam awan kemuliaan BAPA. ini adalah sebuah berita sukacita. maut telah dikalahkan oleh Yesus Kristus. melaluiNya kita memperoah identitas baru yaitu “Kekudusan dan Kebenaran” itu.
Oleh sebab itu, berita ini tentunya adalah berita sukacita yang paling besar yang kita terima didunia ini. kematian Yesus ternyata tidak hanya cukup dikayu salib saja, tetapi identitas baru Ia berikan (Efesus 1:3-8).  Ada satu berita yang paling penting untuk diketahui ialah, bahwa kita adalah ANAK ALLAH, kita LAHIR DARI ALLAH (we born of God). kita disebut anak Allah. (1 Yoh 3:1-2).
Karena itu, janganlah kita menajdi terkecoh oleh pemahaman-pemahaman filsafat dunia. himat dunia adalah suatu kebodohan dimata ALLAH (1 korintus 2:4-5). jadi jangan dipengaruhi oleh hikmat dunia. Back to the Bible, Lihat isi didalamnya. didalamnya tertulis isi hati ALLAH tentang kita. ALLAH sedang memberitahukan tentang siapa kita sebenarnya dimata-Nya. mengapa kita terlalu memusingkan apa yang dunia berikan namun apa yang ALLAH katakan kita menolaknya?. kita harus mengingat bahwa kita adalah Man Of God. Kita bukanlah dari dunia ini, kita adalah lahir dari ALLAH 1 Yoh 3:9, benih ilahi ada didalam kita.
Mengingat apa yang telah dibahas diatas tentang konsep “Natur Dosa”, bukanlah sebuah pemahaman yang benar. sebab Alkitab tidak mencatatnya. kita harus kembali melihat kepada Alkitab. Alkitab memberitahukan identitas kita yang sebenarnya bahwa kita adalah orang kudus. Mazmur 119:105 mengatakan bahwa Firman adalah pelita dan terang bagi jalanku. kemudian sangat singkron dengan Yesus adalah terang itu sendiri (Yohanes 8:12;9:5) selanjutnya dalam 12:35 mengatakan bahwa terang itu ada pada kita.
saya teringat ketika saya dikampug dimana daerah saya tidak terjangkau oleh listrik, sehingga untuk pergi beribadah kami harus menggunakan senter. ketika kami menyalakan senter itu, kemudian senter itu menyala yang membuat kami akan terus berjalan melalui terang itu. kemana kami menerangi cahaya senter itu dalam kegelapan, demikianlah kami berjalan mengikutinya. begitu pulalah yang pemazmur berikan bahwa, Firman-mu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. apa itu Firman, Yohanes 1:1 mengatakan Firman itu adalah Yesus sendiri, dan Yesus adalah terang kita, sehingga Yesus menerangi jalan kita. namun belumlah bagian yang paling pucak, dikarenakan dalam hal ini Yesus masih berjalan didepan kita. namun apa yang Alkitab katakan, “Kita adalah terang dunia”. dan alkitab juga memberitakan bawa kita adalah Lahir dari ALLAh. kita berdiam didalam YESUS dan YESUS didalam kita. sehingga terang itu bukan lagi berada didepan kita, tetapi kita telah mengenakan terang itu. sehingga gelap tidak lagi menguasai hidup kita.
Demikianlah halnya dosa dan KEKUDUSAN itu. YESUS adalah kekudusan itu, dan kita telah mengenakan Kristus dalam hati kita, sehingga hati kita menjadi terang sepenuhnya. menjadi terang seluruhnya. sehingga dosa tidak lagi menguasai kita. maka genaplah makna kematian Kristus bagi orang percaya. bahwa benar2 Kristus telah mati untuk menyelesaikan dosa-dosa kita.
kalau kita membuat dalih bahwa tidak mungkin kita dapat hidup kudus, maka kita sedang menolak berita yang ALLAh buat sendiri bahwa kita adalah orang-orang kudus kepunyaan_Nya sendiri. perlu kita ketahui tentang kalimat HABITAT. untuk seekor ikan yang pada dasarnya hanya bisa hidup di air, maka habitatnya ialah air. demikianlah kita, jika kita mengaku anak ALLAH dan lahir dari Allah  maka ia harus mengakui bahwa ia memiliki identitas ilahi dari ALLAh bahwa habitatnya adalah habitat Ilahi. yang berasal dari ALLAH. bukan dari dunia. itulah sebabnya ALKITAB mengatakan DUNIA AKAN MEMBENCI KAMU karena KITA BUKANLAH DARI DUNIA.
oleh sebab itu kita harus hidup dengan cara-cara kerajaan ILAHI, mental kekudusan. hanya orang kudus yang dapat hidup kudus. hanya orang berdosa yang dapat berbuat dosa.  Karena itu, cara pandang kita akan Firman Tuhan perlu dirubah dengan cara-cara Ilahi. yaitu membacakan firman Tuhan, menerima sebagai sebuah kebenaran mutlak, menghidupi mnjadi realita bagi hidup kita sehingga Firman itu benar-benar menopang hidup kita. karena tidak mungkin kita percaya Firman tuhan kemudian Firman itu menuntun kita untuk berbuat dosa.
Dosa adalah Ketiadaan Tuhan dalam hati kita

Minggu, 12 Juli 2015

Percaya Dengan HAti

Fakta hidup kebanyakan umat TUHAN menunjukkan, bahwa apa yang dikatakan dalam Alkitab, FIRMAN TUHAN, dengan kehidupan pribadi umat TUHAN tersebut masing-masing secara pribadi adalah dua hal yang tidak memiliki koneksi yang berarti, bahkan bertolak belakang satu sama lain. Keadaan ini sangat memprihatinkan dan berbahaya. Namun oleh karna belum dan tidak menemukan contoh ada orang yang mengalami realita hidup sesuai dengan FIRMAN TUHAN, atau oleh sebab-sebab lain yang senada, membuat mereka tidak ingin menemukan ‘solusinya’. Tentu, keadaan yang demikian tidak boleh kita biarkan, melainkan kita harus berdoa dan berusaha untuk menemukan ‘jawabannya’. Dan inilah jawabannya: Salah satu penyebab persoalan tersebut adalah FIRMAN TUHAN atau Alkitab yang kita baca dan yang kita dengar, tidak dibaca dan didengar dengan ‘hati’. ‘HATI’ di sini sama dengan ‘roh’ kita atau dengan kalimat lain, apa yang kita baca dan dengar dari FIRMAN TUHAN tidak diterima dengan segenap hati. Memang pembacaan dan pendengaran kita membuat kita bertambah secara pemahaman dan kita bertambah dalam ‘pengetahuan’ Alkitab.

Namun antara bertambahnya pengetahuan Alkitab dengan bertambah dalam iman adalah dua hal yang berbeda. Memang ada hubungan diantara keduanya, namun secara prinsip keduanya sangat berbeda. Perbedaan itu terletak pada hasil akhir yang diperoleh masing-masing, yang satu mengalami ‘realitas FIRMAN’ atau ‘realitas TUHAN’, sedang yang lainnya tidak, selain ‘kesombongan’ belaka. Kalo begitu, pertanyaan pentingnya adalah ‘apa yang membuat pendengaran atau penerimaan dengan hati itu menjadi sangat berdaya guna terhadap FIRMAN yang didengar?’ Pertama, Essensi FIRMAN TUHAN yang kita baca atau yang kita dengar dari Alkitab adalah ‘bersifat rohani’ atau ‘Roh dan hidup’ adanya (Yohanes 6:63). Ini memberi implikasi yang sangat penting, maksudnya FIRMAN tersebut hanya bisa ‘beroperasi’ dengan sepenuhnya apabila diterima dengan ‘segenap hati’ atau ‘dengan roh’ kita, artinya ‘dengan kemauan dan keputusan yang bulat’. Karna FIRMAN itu Roh dan Hidup, kita harus menerima-Nya dengan roh atau dengan hati kita (ingat, hati adalah kesadaran tentang diri sendiri). Di situlah FIRMAN TUHAN mendapat tempat yang semestinya untuk bertumbuh dan berbuah. ‘Bertumbuh’ di sini artinya FIRMAN itu menyatu dan mendominasi hidup kita (selama seseorang mempertanyakan FIRMAN yang dibaca atau yang didengar, berarti FIRMAN tersebut belum menyatu dan mendominasi dirinya). Berbuah artinya: membawa ‘perubahan hidup’ yang nyata. Hal itulah yang menjadikan kita ‘saksi-saksi-Nya’ TUHAN, bukan hanya bersaksi dengan lisan saja. Kedua, FIRMAN TUHAN adalah kebutuhan vital hidup kita yang melebihi kebutuhan jasmani kita akan makan dan minum (Matius 4:4). Prinsip ini harus kita sadari dan terima sepenuhnya, sehingga kita tersadarkan akan ketergantungan penuh kita kepada FIRMAN TUHAN untuk hidup. ‘Ketergantungan penuh’ ini akan ditandai dengan adanya ‘keterbukaan dan rasa lapar’ akan FIRMAN TUHAN tersebut. Orang yang hidup bergantung kepada FIRMAN TUHAN adalah orang yang ‘menggunakan’ FIRMAN TUHAN untuk hidup melebihi orang-orang dunia menggunakan fasilitas di dunia ini untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Ketiga, percaya dengan hati di sini sama dengan ‘hidup berdasarkan iman’; maksudnya keyakinan terhadap apa yang FIRMAN TUHAN katakan itu ‘benar sepenuhnya’ adalah modal dasar yang harus kita miliki untuk memasuki realita FIRMAN TUHAN tersebut (1 Tesalonika 2:13). Akhirnya, manusia Allah Yang Perkasa fokuskanlah hatimu sepenuhnya kepada TUHAN dan FIRMAN-NYA, karena itu adalah kebutuhan hidup kita yang vital dan sesungguhnya, amin.