Fakta hidup kebanyakan umat TUHAN menunjukkan, bahwa apa yang dikatakan dalam
Alkitab, FIRMAN TUHAN, dengan kehidupan pribadi umat TUHAN tersebut masing-masing
secara pribadi adalah dua hal yang tidak memiliki koneksi yang berarti, bahkan bertolak
belakang satu sama lain. Keadaan ini sangat memprihatinkan dan berbahaya. Namun oleh karna
belum dan tidak menemukan contoh ada orang yang mengalami realita hidup sesuai dengan
FIRMAN TUHAN, atau oleh sebab-sebab lain yang senada, membuat mereka tidak ingin
menemukan ‘solusinya’. Tentu, keadaan yang demikian tidak boleh kita biarkan, melainkan kita
harus berdoa dan berusaha untuk menemukan ‘jawabannya’. Dan inilah jawabannya:
Salah satu penyebab persoalan tersebut adalah FIRMAN TUHAN atau Alkitab yang kita baca
dan yang kita dengar, tidak dibaca dan didengar dengan ‘hati’. ‘HATI’ di sini sama dengan
‘roh’ kita atau dengan kalimat lain, apa yang kita baca dan dengar dari FIRMAN TUHAN tidak
diterima dengan segenap hati. Memang pembacaan dan pendengaran kita membuat kita
bertambah secara pemahaman dan kita bertambah dalam ‘pengetahuan’ Alkitab.
Namun antara bertambahnya pengetahuan Alkitab dengan bertambah dalam iman adalah dua hal
yang berbeda. Memang ada hubungan diantara keduanya, namun secara prinsip keduanya sangat
berbeda.
Perbedaan itu terletak pada hasil akhir yang diperoleh masing-masing, yang satu mengalami
‘realitas FIRMAN’ atau ‘realitas TUHAN’, sedang yang lainnya tidak, selain ‘kesombongan’
belaka. Kalo begitu, pertanyaan pentingnya adalah ‘apa yang membuat pendengaran atau
penerimaan dengan hati itu menjadi sangat berdaya guna terhadap FIRMAN yang
didengar?’
Pertama, Essensi FIRMAN TUHAN yang kita baca atau yang kita dengar dari Alkitab adalah
‘bersifat rohani’ atau ‘Roh dan hidup’ adanya (Yohanes 6:63). Ini memberi implikasi yang
sangat penting, maksudnya FIRMAN tersebut hanya bisa ‘beroperasi’ dengan sepenuhnya
apabila diterima dengan ‘segenap hati’ atau ‘dengan roh’ kita, artinya ‘dengan kemauan dan
keputusan yang bulat’. Karna FIRMAN itu Roh dan Hidup, kita harus menerima-Nya dengan roh
atau dengan hati kita (ingat, hati adalah kesadaran tentang diri sendiri). Di situlah FIRMAN
TUHAN mendapat tempat yang semestinya untuk bertumbuh dan berbuah. ‘Bertumbuh’ di sini
artinya FIRMAN itu menyatu dan mendominasi hidup kita (selama seseorang mempertanyakan
FIRMAN yang dibaca atau yang didengar, berarti FIRMAN tersebut belum menyatu dan
mendominasi dirinya). Berbuah artinya: membawa ‘perubahan hidup’ yang nyata. Hal itulah
yang menjadikan kita ‘saksi-saksi-Nya’ TUHAN, bukan hanya bersaksi dengan lisan saja.
Kedua, FIRMAN TUHAN adalah kebutuhan vital hidup kita yang melebihi kebutuhan jasmani
kita akan makan dan minum (Matius 4:4). Prinsip ini harus kita sadari dan terima sepenuhnya,
sehingga kita tersadarkan akan ketergantungan penuh kita kepada FIRMAN TUHAN untuk
hidup. ‘Ketergantungan penuh’ ini akan ditandai dengan adanya ‘keterbukaan dan rasa lapar’
akan FIRMAN TUHAN tersebut. Orang yang hidup bergantung kepada FIRMAN TUHAN
adalah orang yang ‘menggunakan’ FIRMAN TUHAN untuk hidup melebihi orang-orang
dunia menggunakan fasilitas di dunia ini untuk menunjang kelangsungan hidupnya.
Ketiga, percaya dengan hati di sini sama dengan ‘hidup berdasarkan iman’; maksudnya
keyakinan terhadap apa yang FIRMAN TUHAN katakan itu ‘benar sepenuhnya’ adalah modal
dasar yang harus kita miliki untuk memasuki realita FIRMAN TUHAN tersebut (1 Tesalonika
2:13). Akhirnya, manusia Allah Yang Perkasa fokuskanlah hatimu sepenuhnya kepada TUHAN
dan FIRMAN-NYA, karena itu adalah kebutuhan hidup kita yang vital dan sesungguhnya, amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar