Minggu, 12 Juli 2015

Percaya Dengan HAti

Fakta hidup kebanyakan umat TUHAN menunjukkan, bahwa apa yang dikatakan dalam Alkitab, FIRMAN TUHAN, dengan kehidupan pribadi umat TUHAN tersebut masing-masing secara pribadi adalah dua hal yang tidak memiliki koneksi yang berarti, bahkan bertolak belakang satu sama lain. Keadaan ini sangat memprihatinkan dan berbahaya. Namun oleh karna belum dan tidak menemukan contoh ada orang yang mengalami realita hidup sesuai dengan FIRMAN TUHAN, atau oleh sebab-sebab lain yang senada, membuat mereka tidak ingin menemukan ‘solusinya’. Tentu, keadaan yang demikian tidak boleh kita biarkan, melainkan kita harus berdoa dan berusaha untuk menemukan ‘jawabannya’. Dan inilah jawabannya: Salah satu penyebab persoalan tersebut adalah FIRMAN TUHAN atau Alkitab yang kita baca dan yang kita dengar, tidak dibaca dan didengar dengan ‘hati’. ‘HATI’ di sini sama dengan ‘roh’ kita atau dengan kalimat lain, apa yang kita baca dan dengar dari FIRMAN TUHAN tidak diterima dengan segenap hati. Memang pembacaan dan pendengaran kita membuat kita bertambah secara pemahaman dan kita bertambah dalam ‘pengetahuan’ Alkitab.

Namun antara bertambahnya pengetahuan Alkitab dengan bertambah dalam iman adalah dua hal yang berbeda. Memang ada hubungan diantara keduanya, namun secara prinsip keduanya sangat berbeda. Perbedaan itu terletak pada hasil akhir yang diperoleh masing-masing, yang satu mengalami ‘realitas FIRMAN’ atau ‘realitas TUHAN’, sedang yang lainnya tidak, selain ‘kesombongan’ belaka. Kalo begitu, pertanyaan pentingnya adalah ‘apa yang membuat pendengaran atau penerimaan dengan hati itu menjadi sangat berdaya guna terhadap FIRMAN yang didengar?’ Pertama, Essensi FIRMAN TUHAN yang kita baca atau yang kita dengar dari Alkitab adalah ‘bersifat rohani’ atau ‘Roh dan hidup’ adanya (Yohanes 6:63). Ini memberi implikasi yang sangat penting, maksudnya FIRMAN tersebut hanya bisa ‘beroperasi’ dengan sepenuhnya apabila diterima dengan ‘segenap hati’ atau ‘dengan roh’ kita, artinya ‘dengan kemauan dan keputusan yang bulat’. Karna FIRMAN itu Roh dan Hidup, kita harus menerima-Nya dengan roh atau dengan hati kita (ingat, hati adalah kesadaran tentang diri sendiri). Di situlah FIRMAN TUHAN mendapat tempat yang semestinya untuk bertumbuh dan berbuah. ‘Bertumbuh’ di sini artinya FIRMAN itu menyatu dan mendominasi hidup kita (selama seseorang mempertanyakan FIRMAN yang dibaca atau yang didengar, berarti FIRMAN tersebut belum menyatu dan mendominasi dirinya). Berbuah artinya: membawa ‘perubahan hidup’ yang nyata. Hal itulah yang menjadikan kita ‘saksi-saksi-Nya’ TUHAN, bukan hanya bersaksi dengan lisan saja. Kedua, FIRMAN TUHAN adalah kebutuhan vital hidup kita yang melebihi kebutuhan jasmani kita akan makan dan minum (Matius 4:4). Prinsip ini harus kita sadari dan terima sepenuhnya, sehingga kita tersadarkan akan ketergantungan penuh kita kepada FIRMAN TUHAN untuk hidup. ‘Ketergantungan penuh’ ini akan ditandai dengan adanya ‘keterbukaan dan rasa lapar’ akan FIRMAN TUHAN tersebut. Orang yang hidup bergantung kepada FIRMAN TUHAN adalah orang yang ‘menggunakan’ FIRMAN TUHAN untuk hidup melebihi orang-orang dunia menggunakan fasilitas di dunia ini untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Ketiga, percaya dengan hati di sini sama dengan ‘hidup berdasarkan iman’; maksudnya keyakinan terhadap apa yang FIRMAN TUHAN katakan itu ‘benar sepenuhnya’ adalah modal dasar yang harus kita miliki untuk memasuki realita FIRMAN TUHAN tersebut (1 Tesalonika 2:13). Akhirnya, manusia Allah Yang Perkasa fokuskanlah hatimu sepenuhnya kepada TUHAN dan FIRMAN-NYA, karena itu adalah kebutuhan hidup kita yang vital dan sesungguhnya, amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar