Didalam Bahasa Yunani, yaitu bahasa asli kitab Perjanjian Baru kalimat ini kita temukan dalam arti Koinonia. Kata Yunani κοινωνια – koinonia (feminine noun) berasal dari: κοινη – KOINÊ, dari kata dasar κοινος – KOINOS yang artinya “common/ umum” (kesamaan), adjektiva. Kata KOINONIA tidak terbatas pada satu pengertian saja, melainkan mempunyai arti yang luas sesuai keadaan yang berlaku pada waktu dan situasi tertentu. Penjelasan dibawah ini akan menjabarkannya lebih jelas.
Kata KOINÊ sesuai yang dijelaskan di atas, adalah sesuatu yang sama dan menyatukan, common. Sejumlah orang berkumpul untuk mendapatkan manfaat bersama disatukan oleh suatu kepentingan bersama. Dari istilah KOINÊ kemudian muncul Istilah koinonia. Kata Koinonia itu dahulunya biasa dipakai dalam kemasyarakatan orang-orang Helenis yaitu tentang hal kebersamaan/ kesamaan terhadap kesenangan mereka berkumpul di teater. Teater bagi mereka sekaligus merupakan lukisan kehidupan mereka. Bahkan kata “teori” berasal dari kata “teater” dalam bahasa mereka. Mereka menemukan “common” (kesamaan) yang membentuk Koinonia melalui teater. Teater menyatukan orang berkumpul sebagai penonton, penyaksi, orang yang melihat. Mereka disatukan dalam suatu pertunjukan. Mereka berkumpul, duduk, lalu dengan mata yang melihat, mereka menemukan kepentingan yang sama di dalam teater, dan menikmatinya bersama. Itulah asal istilah koinonia dalam masyarakat Helenis.
Dalam konteks persekutuan dalam beribadah maka kita mengartikannya juga sebagai Satu roh, kerinduan, semangat untuk memberi, untuk berbagi dengan kemurahan hati dengan orang lain. Kalau lawan kata persekutuan dalam bahasa indonesia mungkin kita akan mengartikannya sebagai perpecahan atau permusuhan. jika dalam bahasa Yunani maka kita menemukan kalimat pleonexia, yang berarti mengambil, merebut, meraup segala sesuatu dari orang lain untuk dirinya sendiri.
Oleh karena itu, kita perlu untuk memahami dengan benar makna persekutuan kita selama ini. mungkin kita juga bisa mehat makna persekutuan Rasul Paulus. itu merupakan sebuah contoh nyata yang diberikan Paulus bagi kita. ketika kita membaca Alkitab maka kita akan menemukan begitu dalam hati dan kerinduan Paulus kepada jemaat-jemaat binaannya, hingga ia mencucurkan air mata. menginginkan agar jemaat-jemaat tidak terpengaruh oleh ajaran-ajaran lain, Paulus juga selalu berdoa kepada jemaatnya. ini adalah sebuah persekutuan sejati yang Paulus berikan. ia tidak mencari keuntungan untuk dirinya sendiri, tetapi ia melayani, memberitakan Firman Tuhan, memberikan seluruh hati dan tenaganya untuk jemaat, bahkan ia mengatakan tidak ia anggap rugi.
lalu apa yang menjadi tujuan kita bersekutu selama ini digereja? apakah hanya datang lalu pulang begitu saja? merasa sudah memberikan persembahan yang besar kepada gereja Tuhan lalu pulang begitu saja tanpa ada persekutuan sejati yang diterima? ini adalah sangat disayangkan dan terjadi dikalangan keKristenan. persekutuan kita ialah memberikan hidup kita kepada orang lain, baik dari apa yang kita miliki, baik dari sikap kita, yaitu dari segenap hidup kita tanpa merasa kita dirugikan. kita kemudian membawa damai sejahtera, membawa sukacita dalam rumah Tuhan. orang lain jadi dberkati dengan melihat hidup kita. suasana ibadah yang menjadi satu roh dalam menyembah Tuhan. bukanlah persekutuan yang mendatangkan kedengkian, cemoohan diantar sesama jemaat, bukan persekutuan yang hanya datang namun tidak mengenal antara satu sama lain. Persekutuan kita ialah persekutuan yang didalamnya ALLAH turut hadir bersama-sama dengan kita, menyaksikan kesungguhan hati kita kepadaNya. melihat tujuan hidup kita datang kepada_NYA.
oleh karena itu mari kita memiliki persekutuan yang benar dihadapan Tuhan, digereja kita, di ibadah komsel kita, dan dimanapun kita akan membawa kemuliaan ALLAH bagi orang lain. dan Berkat Keselamatan menjadi milik kita.
AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar