Senin, 30 Juni 2014

Konsistensi Allah


Khotbah Pdt. Bun Min Tat, S.Th
Gembala sidang GBI Glory United Gajah Mada Plaza

            Salah satu penyebab yang paling prinsip yang membuat umat Tuhan tidak bersedia mempercayai Tuhan dengan teguh adalah adanya persepsi yang salah tentang pribadi Allah. Persepsi yang salah tersebut adalah bahwa Tuhan tidak konsisten dengan apa yang telah Ia katakan sebelumnya. Hal ini memang tidak tercetus secara langsung, tetapi dalam sikap dan tindakan sehari-hari terbukti  ketika mereka tidak bersedia berpegang teguh pada apa yang telah Tuhan sampaikan dalam FirmanNya. Ini senada dengan menyepelakn Alkitab, ketika mereka tidak bersedia menerima apa yang telah disampaikan kepada mereka. Khususnya berkenaan dengan segala apa yang telah Tuhan Yesus lataan dan yang telah kerjakan bagi kita.
            Persepsi yang saah tersebut juga terlihat ketika seseorang tidak bersedia menerima sepenuhnya, bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan yang benar sepenuhnya. Maksudnya, mereka masih memiliki keraguan dengan apa yang telah tercatat dalam kitab suci tersebut. Mereka cenderung meilainya sebagai pandangan atau pendapat para penulis Alkitab belaka, maksudnya para murid Tuhan Yesus. Tentu, pandangan atau penilaian yang demikian terhadap Firman Tuhan, Alkitab, adalah pandangan yang salah sepenuhnya. Inilah salah satu perintang terbesar yang menghalangi mereka mengaami realita Firman Tuhan tersebut.
Namun sebaliknya apabila kita sepenuhnya percaya dan menerima apa yang Firman Tuhan katakan dalam Alkitab, kita dipastkan mengakui, bahwa Tuhan benar sepenuhnya, demikian juga dengan segala yang telah dikatakanNya dalam Alkitab. Dan sebagai dampaknya, kita pasti mengalami realita yang telah Tuhan sampaikan dalam Firman-Nya tersebut. Inilah yang dikatakan oleh Rasul Paulus dalam 1 Tesalonika 2:13, “Dan karena ituah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perataan manusia, tetapi—dan memang sungguh-sungguh demikian—sebagai firman Allah, yang bekerja juga didalam kamu yang percaya”.
            Percaya dan menerima sepenuhnya apa yang Firman Tuhan katakan itu tidaklah berarti, bahwa kita tidak boleh menyelidiki Alkitab itu dengan rasio atau dengan pikiran kita. Kita memang harus menggunakan rasio kita dengan maksimal untuk membaca dan menyelidiki Alkitab kita masing-masing. Namun hal yang paling prinsip yang harus kita ketahui adalah, bahwa kita harus terlebih dahulu bersedia menerima segala hal yang telah Tuhan Yesus perbuat dan yang telah diselesaikanNya bagi kita lewat kematian dan kebangkitan-Nya, tanpa keraguan sedikitpun. Inilah yang saya maksudkan, dengan percaya dan menerimaNya sepenuhnya apa yang Firman Tuhan katakan tersebut. Karena “Kabar Baik” yang disampaikan kepada setiap orang, yaitu Injil Kristus, adalah keputusa final dari Kerajaan Allah yang mutlak mengikat setiap manusia yang ada.
            Ketika seseorang bersedia menerima hal tersebut dan malah mempertanyakan dan memperdebatkannya, maka sesungguhnya ia bukanlah orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus. Camkan hal ini baik-baik ! Kalau ia masih tetap mengakui bahwa ia adalah orang yang percaya kepada Tuhan, maka ia hanyalah orang yang beragama saja, yang pada hakekatnya memungkiri kekuatan ibadahnya (2 Tim 3:5).
            Allah yang kita kenal dan yang kita sembah dan yang kita layani dalam Tuhan Yesus Kristus adalah Allah yang paling konsisten dengan segala yang Ia katakan dan perbuat. Hal ini terlihat dengan jelas dari masa PL sampai kepada kita di masa  PB. Bahkan terlebih lagi, Ia melakukan yang melampaui apa yang dapat kita pikirkan, yaitu membawa kita yang sepenuhnya percaya dan menerima-Nya kepada kesempurnaan dalam Kristus (Kol 1:28-29). Ia menjanjikan keselamatan di masa lampau, Ia menggenapi dan menyempurnakannya di masa PB. Ia menjanjikan tanah Kanaan duniawi kepada Israel jasmani, ia memberikan tanah Kanaan Sorgawi kepada Israel Rohani. Adam pertama membawa kematian, Adam terakhir yaitu Kristus membawa kehidupan. Dalam Adam, kita telah kemuliaan Allah, dalam Kristus kita memperoleh kemuliaan Allah. Karena kejatuhan Adam, dosa menguasai manusia, karena kebangkitan Kristus kita hidup dan memerintah. Melalui Adam kita lahir ke dunia ini, melalui Kristus kita dilahirkan dari “Dunia Atas”, Sorga. Oleh Adam, kita menjadi penghuni di bumi ini, oleh Kristus kita adalah warga Kerajaan Sorga. Jadi, konsistensi-Nya melampaui segala hal yang dapat dibayangkan dan pikirkan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar