1.
Firman Allah diajarkan: jadi seorang pengkhotbah ekspositori
harus terleih dahulu bergumul
dengan nas Alkitab. Oleh sebab itu
seorang pengkhotbah seperti ini harus lebih banyak mempelajari Firman Allah. Jadi melalui khotbah ini
pendengar atau jemaat tidak hanya
sekedar mendengar mengenai teori ataupun
filsafat berkhotbah, tetapi mereka juga bisa belajar Firman Allah. Karena disini
nas Alkitab menjadi pusat dari khotbah itu sendiri dan setiap jemaat yang
mendengarkannya pun memiliki kesempatan untuk lebih sering bertemu dengan
Firman Allah. Jadi melalui khotbah ekspositori ini pengkhotbah dan pendengar
memiliki pertumbuhan secara bersama-sama
secara Alkitabiah. Khotbah ini juga lebih menekankan inti utama dari Alkitab
itu sendiri dan mendorong kepada para
jemaat untuk memperhatikan setiap teks Alkitab.
2.
Perhatian Pengkhotbah diluaskan. Jika kita berkhotbah ekspositori secara berseri bagian yang biasanya tidak dikhotbahkan juga
harus dikhotbahkan. Oleh karena itu
sebagai seorang pengkhotbah harus memperhatikan dan mempelajari teks ALkitab yang
biasanya tidak dipelajari. Artinya ia harus mengkhotbahkan teks yang tidak
ditekankan juga. Proses ini dapat memperluaskan khotbah kita, karena teks
Alkitab yang baru dipelajari dan
perhatian kita menjadi lebih luas. Biasanya para pengkhotbah memiliki tema yang
ditekankan dan disukai, itu dikarenakan mereka tidak memiliki banyak
pengetahuan tentang isi yang lainnya. Jadi jika kita ingin mengetahui lebih
banyak tentang Alkitab, maka kita harus memiliki minat , karena kita berminat
banyak, maka kita akan sungguh-sungguh belajar. Untuk berkhotbah
ekspositori jika kita belajar atau
bergumul dengan yang ada diluar minat kita, kita akan memperhatikan tema yang
baru dan akan belajar tentang berbagai bagian tema.
Misalnya: Kalau seorang pengkhotbah mau menafsirkan kitab
Pengkhotbah secara ekspositori, ia pasti menemukan isi yang biasanya tidak
diminati. Oleh karena itu Pengkhotbah masuk ke bagian tema yang baru, dan ini
menjadikan pengkhotbah lebih bervariasi. Tetapi jika Pengkhotbah berkhotbah
secara topical saja, pengkhotbah selalu menekankan tema yang disukainya dan berkhotbah searah
saja. Lalu kemudian para pendengar merasa bosan tentang tema yang
diulang-ulang. Biasanya pengkhotbah merasa tema yang dia bawakan berulang itu
merasa penting baginya namun ternyata tidak selalu disukai oleh pendengar.
3.
Subyektifitas Pengkhotbah diatasi. Pengkhotbah ekspositori juga ternyata dapat mencegah
pengkhobah jatuh kedalam pikiran
subyektifdiri sendiri yang dikarenakan oleh cara khotbah itu sendiri. Dan akibatnya
khotbha kita tidak dapat menjadi obyektif total. Jika kita berkhotbah, kita akn
sulit untuk berbebas dari subyektifitas pengkhotbah secara total. Tetapi pengkhotbah
dapat mengecilkan subyektivitas yang dimilikinya melalui khotbah ekspositori.
4.
Kesulitan Memilih teks dipecahkan. Jika
berkhotbah dengan cara ekspositori berseri , teks yang dikhotbahkan berikutnya
sudah ada di dalam urutannya. Biasanya kesulitan
para pengkhotbah adalah dengan topic apa yang akan dikhotbahkan minggu depan. Tetapi
jika kita berkhotbah secara ekspositori, waktu untuk memilih teks dapat dipakai
untuk menyiapkan khotbah.
5.
Pengkhotbah diyakinkan. pengkhotbah ekspositori dapat mencegah pemikiran
pribadi pengkhotbah. Jadi khotbah itu menjadi kerygma Allah yang benar dan
pengkhotbah meyakinkan diri bahwa inilah pesan dari Allah dan bukan hanya pesan
si pengkhotbah sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar